Sejumlah negara di Eropa memulai kembali vaksinasi Covid-19 dengan vaksin produksi AstraZeneca, sehari setelah regulator obat menyimpulkan vaksin tersebut tidak menambah risiko penggumpalan darah.
Jerman, Italia, dan Prancis menggunakan kembali vaksin AstraZeneca mulai hari Jumat (19/03).
Swedia sementara itu akan memutuskan “dalam beberapa hari ke depan” ini.
Perdana Menteri Prancis, Jean Castex, mengatakan dirinya akan disuntik vaksin AstraZeneca dalam waktu dekat untuk memberi contoh kepada publik.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, kepada surat kabar Italia, la Repubblica, mengatakan dirinya tetap yakin dengan target vaksinasi bagi 70 persen penduduk dewasa di Eropa dalam enam bulan ke depan.
Pada hari Kamis (18/03), regulator obat di Eropa (EMA) menyimpulkan — setelah melakukan kajian dan investigasi — vaksin virus corona yang diproduksi oleh Oxford-AstraZeneca “aman dan efektif”.
EMA melakukan investigasi menyusul keputusan 13 negara anggota Uni Eropa yang menghentikan sementara vaksinasi Covid-19 setelah muncul kekhawatiran vaksin AstraZeneca “bisa menyebabkan penggumpalan darah”.
Badan ini pada Kamis (18/03) petang menyatakan “suntikan vaksin tidak menyebabkan peningkatan risiko penggumpalan darah”.
Direktur eksekutif EMA, Emer Cooke, dalam keterangan pers mengatakan, “Ini vaksin yang aman dan efektif.”
“Manfaatnya dalam melindungi warga dari Covid-19 terkait dengan potensi kematian dan perawatan di rumah sakit [jika terkena Covid-19] lebih besar daririsiko yang mungkin ditimbulkan,” ujar Cooke.
AstraZeneca sendiri mengatakan “tak ada bukti bahwa vaksin mereka meningkatkan risiko penggumpalan darah”.
Perusahaan ini mengatakan mereka menerima laporan 37 kasus penggumpalan darah dari 17 juta orang yang divaksin di Inggris dan Eropa, menurut data yang dikumpulkan hingga 8 Maret.
Prancis, Jerman, Spanyol dan Italia mengatakan mereka menunggu hasil kajian EMA sebelum memutuskan apakah menggunakan lagi vaksin AstraZeneca.
Pada Selasa (16/03) EMA mengatakan “sangat yakin” akan nilai manfaat dari AstraZeneca.
Direktur EMA, Emer Cooke, menunjukkan bahwa kasus pembekuan darah yang disorot sejumlah negara merupakan jumlah yang umum dalam sebuah populasi.
“Saya ingin menekankan saat ini, tidak ada indikasi bahwa vaksin menyebabkan kondisi seperti itu,” katanya.
Dalam pernyataan bersama setelah itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Italia, Mario Draghi, mengatakan bahwa tanggapan dari EMA “membesarkan hati”.
Para ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan pertemuan pada Selasa dan seorang juru bicara menekankan bahwa “tidak ada bukti” kasus pembekuan darah terkait dengan vaksin.
WHO mendorong negara-negara untuk tidak menghentikan vaksinasi mereka.
Langkah penangguhan vaksin ini muncul di saat Eropa berjuang untuk mengendalikan kasus Covid-19 yang terus melonjak.
Di Inggris, lebih dari 11 juta orang telah menerima satu dosis vaksin AstraZeneca, dan tidak ada tanda-tanda kematian atau pembekuan darah.
EMA sangat yakin
Regulator obat-obatan Uni Eropa (EMA) mengatakan tetap “sangat yakin” atas manfaat vaksin Oxford-AstraZeneca melebihi risiko yang ditimbulkan.
Regulator itu kembali menekankan “tak ada indikasi” vaksin itu menyebabkan penggumpalan darah, setelah sejumlah negara besar Eropa menunda distribusi.
Kementerian Kesehatan Indonesia juga mengatakan menunda distribusi vaksin AstraZeneca demi prinsip kehati-hatian.
Kepala EMA, Emer Cooke, mengatakan badan itu tetap pada keputusan mereka menyepakati vaksin AstraZeneca.
Penyelidikan terkait kasus penggumpalan darah atas 37 orang masih berlangsung.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mendesak semua negara untuk tidak menghentikan vaksinasi.
Pakar keamanan vaksin WHO juga bertemu Selasa (16/03) untuk mengkaji vaksin Oxford-AstraZeneca.