Kelangkaan oksigen menjadi salah satu masalah yang timbul akibat lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia. Rumah sakit maupun masyarakat umum mengalami kesulitan mendapatkan suplai oksigen untuk merawat pasien COVID-19.
Terkait dengan problematika tersebut, startup teknologi lokal, Arogya memberikan solusi untuk memudahkan rumah sakit menemukan suplai oksigen. Mengandalkan teknologi artificial intelligence (AI), Arogya dapat menyederhanakan data suplai dan distribusi oksigen ke rumah sakit di berbagai daerah.
Algoritma yang dimiliki Arogya dapat memperhitungkan estimasi waktu pakai stok oksigen di rumah sakit, dan memberikan perkiraan kapan rumah sakit harus menambah stok oksigen. Teknologi tersebut juga membuat rantai pasok oksigen lebih efisien dan merata, karena suplai didasarkan pada data aktual kebutuhan di rumah sakit.
“Kami tidak hanya menyediakan platform atau service, kami menyediakan Anda jaringan penyediaan kebutuhan untuk pelayanan kesehatan. (Sistem) dibangun secara spesifik untuk Indonesia. Kami memiliki ahli di bidang AI dan semua (informasi) yang disajikan aktual dan selalu diperbaharui,” jelas Chief Technology Officer Arogya Vijay Sharassetti dalam audiensi dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Jumat (9/7/2021).
Secara garis besar, sistem dari Arogya akan menganalisa dan memberikan informasi mengenai stok oksigen maupun kebutuhan lain di rumah sakit. Data tersebut juga dapat digunakan pemasok untuk memprioritaskan rumah sakit mana yang benar-benar membutuhkan pasokan oksigen.
Chief Executive Officer Arogya Victor Fungkong menyatakan Arogya dapat membantu memprediksi jumlah kebutuhan peralatan di rumah sakit. Namun, khusus untuk mengatasi kelangkaan oksigen, pihaknya masih mengembangkan algoritma yang lebih komprehensif terkait kebutuhan di rumah sakit dan suplai.
“Karena ini menyangkut masalah pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dalam waktu pengumpulan data kita 10-20 tahun terakhir ini. Kita harus mereview lagi rumus algoritma kita untuk mendapatkan data yang lebih banyak lagi supaya hasil AI kita bisa lebih tepat,” papar Victor.
Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal yang hadir dalam audiensi itu menyampaikan Arogya dapat memberikan solusi bagi pemerintah untuk mengatasi kelangkaan suplai oksigen yang terjadi belakangan ini. Menurutnya, kelangkaan bukan hanya terjadi karena stok oksigen yang timpang dengan demand, melainkan juga karena minimnya data untuk menentukan alokasi oksigen ke daerah-daerah yang membutuhkan stok lebih banyak.
“Saya rasa dengan data yang tepat dan data yang tersedia, kita bisa membuat pemetaan demand dari oksigen. Kenapa orang melihat kelangkaan, padahal (stok) ada tapi nggak tahu mana daerah yang potensi demand besar,” jelas Fithra.
Sementara itu, Sandiaga menilai pemanfaatan teknologi sangat dibutuhkan dalam membantu penanganan pandemi. Teknologi dari Arogya misalnya, dapat membuat rantai pasok oksigen lebih efektif untuk menanggulangi kelangkaan stok.
“Di tengah-tengah pandemi dan tantangan ekonomi, salah satu yang menjadi permasalahan kita adalah bagaimana kita menggunakan artificial intelligence yang merupakan bagian dari ekonomi digital dan produk kreatif seperti Arogya untuk membantu di semua lini kehidupan kita,” ujar Sandiaga.
“Misalanya yang kita hadapi yang paling di depan mata di tengah tengah PPKM Darurat adalah keterbatasan oksigen, misalnya supply chainnya seperti apa, dan ini bisa dipetakan menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh Arogya,” ulasnya.