Sejumlah artis sebut saja Syahrini dan Anang Hermansyah ikut demam Non-fungible Token (NFT). Bahkan di antara mereka ada yang berani punya platform marketplace NFT sendiri.
Associate Professor SEB Telkom University, Andry Alamsyah mengatakan NFT merupakan peluang bagus untuk penetrasi produk ke dunia digital. Menurutnya artis, pemilik royalti, pemilik aset berlomba masuk ke dunia NFT sebab potensinya yang besar dan terutama menjamin keamanan kepemilikannya.
“Saya kira ke depannya semakin banyak inovasi dan kreasi NFT dari benda benda analog ke digital selain karya seni, seperti tanah, bangunan, mobil, dan lain lain. Saya rasa juga beberapa entitas akan membuat platform sendiri seperti Opensea (Setelah melihat kesuksesan Opensea),” jelas Andry kepada CNBC Indonesia, Senin (1/2/2022).
“Contohnya publisher, ecommerce, pers rekaman mungkin akan bertransformasi juga jadi platform NFT, daripada bisnisnya saat ini tergerus dengan sistem peer to peer dari artist langsung ke pelanggan. Makanya ini merupakan fresh start untuk memulai platform NFT, apakah akan berhasil atau tidak, hanya waktu nanti yang akan membuktikan”.
Dia mengatakan secara teknis untuk membuat platform NFT tidak sulit. Sebab hanya butuh internet dan tidak perlu infrastruktur spesial.
“Kecuali kita membuat platform full Metaverse, nah itu baru butuh internet tingkat tinggi,” ungkapnya.
Andry menuturkan ini dilakukan oleh pioneer dan menjadi tes ombak sambil melihat antusias pasar. Dia juga menilai ini masih ranah bisnis dan pemerintah sebaiknya memantau lebih dulu perkembangan pasar NFT di Indonesia.
Dengan keterlibatan artis dalam dunia NFT, menurutnya akan mendorongnya lebih dikenal masyarakat secara luas. Andry mengatakan masyarakat akan lebih ingat informasi yang dibagikan oleh para influencer dan selebriti.
Sementara itu, Andry menambahkan saat ini masyarakat masih mencerna soal NFT serta Blockchain dan keluarganya. Jadi proses literasi soal hal tersebut masih berjalan.
Apakah NFT bisa booming di masa depan? Dia mengungkap ada dua skenario. Pertama bisa terjadi jika dapat diadopsi dengan mudah dan praktis dan sebaliknya pun bisa terjadi.
“Bisa dua skenario, bisa booming kalo NFT bisa diadopsi secara mudah dan praktis diimplementasikan. bisa ga booming kalo ternyata malah ga praktis, atau malah tidak menguntungkan. Menurut saya tergantung kesiapan platform NFT untuk beroperasi secara skalable. artinya proses tidak lambat, biaya minting tidak mahal, dan pembeli tetap banyak,” jelas Andry.