Kejahatan dengan menggunakan WhatsApp memang sudah sering terjadi. Termasuk yang berusaha mengakses akun korbannya dengan mencoba merebut One Time Password (OTP), dan ini menyasar pengguna berusia tua.
Kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu, Pakar Keamanan Siber, Alfons Tanunjaya mengatakan ada banyak masyarakat yang menjadi korban lewat OTP karena masalah keamanan adalah sesuatu yang rumit.
Dia menyatakan untuk masyarakat berusia muda atau milenial sebenarnya tidak akan tertipu dengan modus OTP. Sebab mereka paham hal itu tidak boleh dibagikan kepada pihak lain.
“Tapi umumnya baby boomers orang yang agak tua ini mungkin enggak menyadari itu,” kata Alfons.
Agar mendapatkan OTP, Alfons mengatakan para pelaku melakukan rekayasa sosial. Mereka akan membuat skenario untuk korban bisa percaya dan memberikan informasi OTP itu.
Alfons juga menambahkan masyarakat masih belum sadar soal pentingnya OTP tersebut. Masih ada saja masalah tersebut, meski aset digital telah jadi komoditi paling penting dan OTP hadir untuk melindunginya.
Keberadaan OTP juga harus dibarengi dengan pengetahuan penggunanya. Mereka harus paham bekal perlindungan akun itu.
“Kalau dikasih pistol untuk melindungi diri, harus dilatih dulu cara pakainya. Dikasih pistol enggak dibelajarin cara ngokangnya, kalau penjahat datang mau nembak dia enggak tahu cara pakainya. Maka OTP begitu mesti diajarin pakainya,” jelasnya.
Informasi saja, Meta hanya mengizinkan satu akun WhatsApp pada satu smartphone. Jika ada yang ingin menggunakan akun WhatsApp yang sama pada smartphone lain, Meta akan mengirimkan OTP melalui SMS kepada smartphone awal.
Artinya jika Kamu mendapat kiriman OTP WhatsApp via SMS, ada pihak lain yang ingin merebut akun WhatsApp kamu. Jika diberikan maka akun WhatsApp kamu tidak bisa digunakan lagi karena berpindah ke smartphone lain.