Musim semi menandai mulainya migrasi burung. Dalam musim ini, jumlah kasus burung menabrak gedung-gedung tinggi biasanya meningkat. Di kota New York, sukarelawan menyusuri jalan-jalan untuk mencari burung yang terluka. Burung-burung itu diambil untuk direhabilitasi dan akhirnya dilepas.

Jumlah kasus burung menabrak jendela gedung-gedung meningkat dalam musim migrasi. Akibatnya, burung terluka atau mati. Kasus ini terjadi karena lebih banyak burung yang terbang sendirian sehingga menghadapi tantangan yang lebih besar.Divya Anantharaman adalah pakar taksidermi di kota New York. “Kota New York berada di jalur terbang migrasi. Jadi, banyak burung melewati kota ini ketika bermigrasi ke selatan atau utara untuk menghindari musim dingin atau menuju tempat mereka berkembang biak.”

Ia menjelaskan bahwa hambatan terbesar dalam migrasi burung adalah jendela dan dinding kaca yang memantulkan pepohonan dan langit.

“Ketika bermigrasi banyak burung yang bisa menabrak jendela dan menabrak bangunan karena mereka mengalami disorientasi akibat pantulan di kaca,” tambahnya.

Burung tidak tahu bahwa jendela ini adalah permukaan dan bisa menabraknya, imbuh Anantharaman. “Pantulan pada jendela kaca yang mengilat dan membingungkan itu bisa diatasi dengan kaca film dan kaca film berpola. Dengan begitu, burung akan tahu bahwa sebenarnya itu bukan cakrawala atau pepohonan sehingga mereka tidak menabraknya. Bahwa itu sebenarnya adalah kaca dan permukaan.”

Namun, kasus burung menabrak kaca-kaca jendela gedung-gedung, “terjadi di seluruh dunia,” ujar Dan Klem dari Muhlenberg College. “Di mana pun ada burung dan jendela kaca, akan ada calon korban.” Supaya burung tidak menabrak jendela, Klem merekomendasikan menempelkan kaca film atau menggantung senar akord burung beo yang membantu burung mengetahui bahwa itu adalah permukaan.

Para pakar menyarankan mematikan lampu pada malam hari di gedung perkantoran dan menutup tirai jika lampu menyala. Klem mengingatkan bahwa manusia harus bertanggung jawab.

“Hal yang bertanggung jawab untuk kita, manusia, lakukan untuk menghadapi ancaman ini adalah membuat jendela itu aman bagi burung, membuat lingkungan yang kita bangun, aman,” tukasnya.

Sebagai sukarelawan untuk proyek konservasi New York City Audubon, Anantharaman seminggu sekali menyusuri jalan-jalan untuk mendokumentasikan burung-burung yang terluka karena menabrak jendela kaca atau bangunan.

Jika sukarelawan menemukan burung mati, mereka mengirim datanya ke Audubon. Jika menemukan burung yang terluka, mereka membawanya ke satu-satunya pusat rehabilitasi satwa liar di kota New York, Wild Bird Fund atau Dana Burung Liar.

Anantharaman tidak melihat profesinya sebagai pakar taksidermi bentrok dengan kegiatannya membantu burung liar. “Keduanya adalah bagian dari misi konservasi yang lebih besar dan berbuat sesuatu untuk memberi kesadaran akan burung dan kondisi mereka serta mengajak mengapresiasi hewan-hewan ini.”

Rachel Frank dari Wild Bird Fund mengatakan organisasi tempatnya bekerja mengobati dan merawat burung-burung yang terluka. Ketika sudah pulih, burung-burung itu dikembalikan ke alam liar untuk melanjutkan migrasi mereka.

“Setelah direhabilitasi, setelah obat-obat mereka habis, kami memeriksa burung-burung itu. Kalau mereka telah pulih dari semua luka, terlihat baik, kami akan menguji kemampuan terbang mereka di lantai bawah, dalam ruang terbang kami. Jika gerakan terbang mereka tampak baik, kami akan mengembalikan mereka ke alam liar,” ujarnya.