Samsung Merajai Pasar Handphone di Indonesia, namun ada pemain baru masuk ke 5 besar

0
485

Samsung merajai pasar smartphone Indonesia pada kuartal II-2022 dalam laporan Canalys. Kejutan lainnya adalah Realme keluar dari lima besar dan digantikan oleh Transsioan (Infinix Mobile).

Canalys menyebutkan Samsung memimpin pasar Indonesia dengan 20%. Di posisi dua ada Vivo dengan langkah agresifnya yang ditingkatkan di ritel dan online mengantongi 19% pasar.

Transsion hadir sebagai kejutan yang menggantikan Realme di nomor lima. Ini untuk pertama kalinya karena branding online dari brand Infinix. Canalys mencatat seri ponsel Infinix Hot menarik konsumen dengan kisaran harga di bawah US$200, dikutip Jumat (19/8/2022).

Sementara itu Indonesia tercatat tetap sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara dengan 37%. Pengiriman pada periode ini sebesar 9,1 juta unit karena adanya bonus pada perayaan Ramadhan lalu.

Dalam laporan yang Canalys mengatakan pengiriman ponsel Asia Tenggara anjlok 7%. Canalys mencatat pada Q2 2022 smartphone dikirim sebanyak 24,5 juta unit.

Penurunan tersebut, Canalys mengatakan salah satunya karena masalah inflasi yang terus meningkat. Selain itu juga vendor yang menjaga perangkat tetap terjangkau di pasar yang sedang sensitif atas harga.

Terlepas adanya Ramadhan di Malaysia dan Indonesia, keduanya mengalami pertumbuhan tipis yakni 5% dan 2%. Sementara itu Fillipina bertumbuh 4% dibandingkan kuartal sebelumnya akibat pengeluaran selama pemilihannya.

Penurunan terlihat di Thailand sebanyak 14% dari kuartal ke kuartal. Di Vietnam mencapai 20% akibat meningkatnya ketidakpastian konsumen.

Dari sisi vendor, Samsung masih terdepan di kawasan ini meski turun ke 19%. Ini terjadi karena adanya permintaan yang lebih rendah untuk seri A kelas menengah ke atas.

Berikutnya ada Oppo mengantongi pangsa pasar 18%. Xiaomi di urutan kedua dengan pertumbuhan data secara berurutan 4 juta unit pada kuartal II.

Melengkapi lima besar ada Vivo dan Realme. Kedua perusahaan mengirimkan 3,2 juta dan 2,6 juta unit.

Analis Canalys, Chiew Le Xuan juga mencatat permintaan pada perangkat 5G terhenti. Penyebaran 5G di pasar ini berkembang buruk jadi tren 5G juga berkurang.

“Permintaan bergeser ke aspek smartphone yang lebih praktis dari masa pakai baterai, penyimpanan, kecepatan prosesor, dan kualitas kamera. Meningkatnya inflasi telah mengakibatkan konsumen mencari perangkat lebih lama daripada kualitas kurang praktis seperti 5G,” jelasnya.