Elon Musk meluncurkan jajak pendapat atau polling di akun Twitternya pada Senin (19/12/2022).
Polling yang dilakukan Musk itu menanyakan: “Haruskah saya mundur sebagai kepala Twitter?”
Ia lalu menambahkan, “Saya akan mematuhi hasil jajak pendapat ini.”
Baru diunggah sekitar 1 jam, polling tersebut menunjukan pilihan Yes lebih unggul 58 persen, dibandingkan No yang hanya 42 persen.
Masih ada sekitar 11 jam lagi sampai polling ini ditutup. Dan Musk mematuhi apapun itu hasil polling, seperti yang ia cuitkan.
Sejak dibeli Musk, Twitter mengalami banyak perubahan. Mulai dari PHK massal karyawan di seluruh dunia, centang biru atau verifikasi berbayar, memulihkan akun-akun yang bermasalah, hingga tidak membayar sewa gedung kantor Twitter.
Fokus Elon Musk di Twitter juga membuat para pemegang saham Tesla gerah. Pasalnya, dia juga sedikit demi sedikit melepaskan kepemilikan di produsen mobil listrik tersebut.
Dilansir dariĀ Reuters, Kamis 15/12/2022), Elon beberapa kali menjual saham Tesla, setelah dia membeli Twitter senilai US$ 44 miliar atau sekitar Rp 660 triliun pada Oktober 2022 lalu. Tidak jelas apakah langkah Elon menjual saham Tesla ini berkaitan dengan akuisisi Twitter. Namun muncul anggapan Elon saat ini mengalihkan fokus usahanya dari Tesla ke Twitter.
“Ini situasi yang tidak baik. Saya telah berbicara ke banyak investor pemegang saham Tesla, dan mereka sangat marah kepada Elon,” ujar Tony Sycamore, Analis dari IG Markets.
CNBC International, mengutip laporan New York Times, melaporkan bahwa Twitter sudah berminggu-minggu menunggak pembayaran sewa kantor mereka di seluruh dunia, termasuk markas mereka di San Fransisco. Saat ini, perwakilan Musk tengah berusaha melakukan renegosiasi perjanjian kontrak sewa Twitter.
Tunggakan sewa kantor ini membuat perusahaan real estat seperti Shorenstein, sebagai pemilik gedung Twitter di San Fransisco, melaporkan Twitter ke otoritas setempat.
Tunggakan sewa kantor ini membuat perusahaan real estat seperti Shorenstein, sebagai pemilik gedung Twitter di San Fransisco, melaporkan Twitter ke otoritas setempat.
Perwakilan dari Shorenstein dan Musk tidak memberikan respons ke CNBC International. Adapun, Twitter kini tak memiliki divisi komunikasi.