Fenomena ablasi akibat hujan lebat menghantui Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Ablasi antara lain di Keluarahan Langkai, Kecamatan Pahadut, dan Kelurahan Malang, Kecamatan Bukit Batu pada Selasa (17/1).
Ablasi merupakan pengikisan yang terjadi di daerah aliran sungai. Di Palangkaraya, ablasi terjadi di sepanjang bantaran Sungai Kahayan yang melintasi kota.
“Ini (ablasi) kali pertama terjadi dalam dua tahun terakhir, kami harus mempersiapkan berbagai upaya agar hal ini tidak terjadi lagi di kemudian hari,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya Emi Abriyani dalam rilis resminya.
Mengutip situs Parangtritis Geomaritime Science Park, ablasi adalah pengikisan pada Daerah Aliran Sungai (DAS).
Ablasi berbeda dengan abrasi yang merupakan hilangnya daratan di wilayah pesisir karena faktor alami (arus laut, gelombang vegetasi pantai), dan manusia (pembangunan, perusakan terumbu karang, dan penebangan).
Dampak yang diberikan abrasi dan ablasi mirip. Ablasi menyebabkan perubahan sehingga membentuk bentang alam yang baru seperti meander atau sungai yang berliku.
Abrasi dan abrasi juga sama-sama memberi dampak buruk karena memundurkan garis daratan dari perairan. Alhasil, pemukiman dan ekosistem yang ada di sekitaranya terancam.
Di Palangkaraya, ablasi yang terjadi menyebabkan kerusakan terhadap sejumlah infrastruktur dan rumah warga.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPBD Kota Palangkaraya, ablasi telah terjadi sejak 1 Januari 2023 lalu dengan jumlah rumah yang amblas empat unit. Kemudian ablasi kembali terjadi yang menyebabkan tiga rumah amblas rusak berat.
Ablasi terjadi lagi pada 17 Januari dengan rumah amblas mencapai delapan unit. Total kerusakan akibat ablasi adalah 15 unit rumah dan berdampak pada 35 jiwa.
BPBD pun telah menyiapkan langkah jangka panjang, menengah dan pendek untuk mengantisipasi ablasi. Pada upaya jangka pendek, BPBD Kota Palangkaraya telah mempersiapkan dua titik pengungsian, yaitu di Rumah Sehat Pelamboyan dan Posyandu di Jl. Kalimantan.
“Pada titik pengungsian sudah kami aktifkan dapur umum, pemberian bantuan logistik serta selimut, perbaikan infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang rusak akibat abrasi juga sedang dilakukan untuk kebutuhan mobilisasi masyarakat,” tuturnya.
Kemudian, untuk langkah jangka menengah, BPBD dan Pemerintah Kota Palangkaraya akan melakukan relokasi yang dimulai dari analisa dan kajian yang mendalam serta penyusunan dokumen lingkungan terkait persiapan pemindahan warga terdampak.
Emi menjelaskan pada upaya jangka panjang, proses pemindahan warga terdampak dari bantaran sungai kahayan akan dilaksanakan seiring dengan pembuatan master plan terkait tata lingkungan pada bantaran sungai Kahayan.
“Kami telah mempersiapkan langkah jangka pendek, menengah hingga panjang untuk menangani ablasi ini, untuk jangka pendek kami upayakan untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan penyediaan hunian sementara bagi warga terdampak serta pendataan di lapangan bersama lintas sektor,” ujar Emi.
Terus Dipantau
Lebih lanjut, BPBD juga terus memantau arus sungai dan dampak ablasi pada daerah bantaran. Pasalnya, arus air sudah naik kembali dan menyebabkan retakan di sepanjang bantaran Sungai Kahayan.
“Kami secara aktif masih melakukan pemantauan dan pendataan bersama lintas sektor serta telah menetapkan status tanggap darurat, mengaktifkan posko dan pendampingan bagi warga terdampak,” ungkapnya.
Di sisi lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ablasi yang terjadi akibat faktor cuaca.
Masyarakat turut diimbau untuk mengikuti instruksi dari pemerintah daerah setempat guna meminimalkan potensi adanya korban jiwa akibat peristiwa tersebut.
Sumber : CNN [dot] COM