Mungkinkah Teknologi Bikin Manusia Hidup Abadi? Ini Kata Ilmuwan

0
799

Manusia dan semua makhluk yang bernyawa mutlak akan mati. Namun kemudian, manusia mengembangkan teknologi dan obat-obatan untuk setidaknya bisa memperpanjang usia, sehingga hidup lebih lama.

Jika rentang hidup manusia terus memanjang, dapatkah suatu hari kita menjadi abadi? Jawabannya mungkin tergantung pada pendapat kalian tentang apa artinya menjadi manusia abadi.

“Saya tidak berpikir bahwa ketika orang bahkan bertanya tentang keabadian, pertanyaan itu benar-benar ditujukan pada arti keabadian sejati, kecuali mereka percaya pada sesuatu yang langgeng seperti keberadaan ruh atau jiwa,” kata Susan Schneider, seorang filsuf dan direktur pendiri Center for the Future Mind di Florida Atlantic University, dikutip dari Live Science.

“Jika seseorang, katakanlah meningkatkan kemampuan otak dan tubuhnya untuk hidup sangat lama, mereka tetap tidak akan bisa hidup hingga alam semesta berakhir,” sambungnya.

Para ilmuwan tentu saja memperkirakan alam semesta suatu saat akan berakhir, sehingga langsung meredam misteri tentang potensi keabadian manusia. Beberapa ilmuwan berspekulasi tentang teori yang menyebutkan makhluk hidup bisa selamat dari kematian alam semesta, seperti yang dilaporkan jurnalis sains John Horgan untuk Scientific American. Namun, tetap tidak mungkin ada manusia yang hidup hari ini yang akan mengalami kematian alam semesta.

Contoh makhluk hidup awet muda

Untuk hidup lebih lama, manusia berupaya menghentikan tubuh mengalami penuaan. Sekelompok spesies mungkin telah memecahkan masalah ini. Jadi, ide menunda bahkan menghentikan penuaan bukan sesuatu yang mengada-ada.

Hydra adalah salah satu contohnya. Invertebrata kecil seperti ubur-ubur ini punya kemampuan anti-penuaan luar biasa. Makhluk ini sebagian besar terdiri dari sel punca yang terus-menerus membelah untuk membuat sel baru, karena sel lama mereka dibuang. Masuknya sel-sel baru secara terus-menerus memungkinkan hydra untuk meremajakan diri dan tetap awet muda.

“Mereka tampaknya tidak menua, jadi berpotensi abadi,” kata Daniel Martínez, seorang profesor biologi di Pomona College di Claremont, California, yang menemukan bahwa Hydra sulit menua.

Hydra menunjukkan bahwa hewan tidak harus menjadi tua, tetapi itu tidak berarti manusia dapat meniru kebiasaan peremajaan mereka. Dengan panjang 10 milimeter, hydra berukuran kecil dan tidak memiliki organ.

“Itu tidak mungkin bagi manusia, karena tubuh kita sangat kompleks,” kata Martínez.

Meskipun Martínez secara pribadi tidak ingin hidup abadi, menurutnya manusia sudah mampu melakukan suatu bentuk keabadian.

“Saya pikir manusia abadi dalam wujud lain. Penyair misalnya, bagi saya mereka abadi karena masih bersama kita setelah bertahun-tahun dan mereka masih mempengaruhi kita. Jadi menurut saya, orang bertahan abadi melalui ‘warisan’ yang mereka tinggalkan,” ujarnya.

Manusia mungkin dapat hidup di luar batas biologis mereka dengan kemajuan teknologi masa depan yang melibatkan nanoteknologi. Ini adalah manipulasi material dalam skala nano, kurang dari 100 nanometer.

Mesin sekecil ini dapat melakukan perjalanan dalam darah dan mungkin mencegah penuaan dengan memperbaiki kerusakan yang dialami sel dari waktu ke waktu. Nanotech juga bisa menyembuhkan penyakit tertentu, termasuk beberapa jenis kanker, dengan menghilangkan sel kanker dari tubuh, menurut University of Melbourne di Australia.

Mencegah tubuh manusia dari penuaan masih belum cukup untuk mencapai keabadian. Contohnya hydra. Meski hydra tidak menunjukkan tanda-tanda penuaan, makhluk itu tetap mati. Mereka dimakan oleh pemangsa, seperti ikan, dan binasa jika lingkungannya terlalu banyak berubah, seperti jika kolamnya membeku di musim dingin.

Manusia mungkin tidak berhadapan dengan banyak pemangsa, namun kita rentan mengalami kecelakaan fatal dan rentan terhadap peristiwa lingkungan yang ekstrem, seperti yang diperparah oleh perubahan iklim.

Teknologi umur panjang

Seiring kemajuan teknologi, para futuris mengantisipasi dua tonggak penting. Yang pertama adalah singularitas, di mana kita akan merancang kecerdasan buatan (AI) yang cukup pintar untuk mendesain ulang dirinya sendiri, dan teknologi ini akan semakin pintar hingga bisa jadi jauh lebih unggul dari kecerdasan kita sendiri.

Tonggak kedua adalah keabadian virtual, di mana kita akan dapat memindai otak kita dan mentransfer diri kita sendiri ke media non-biologis seperti komputer.

Setelah pikiran manusia ada di komputer dan dapat diunggah ke internet, kita tidak perlu khawatir tubuh manusia akan musnah. Memindahkan pikiran manusia keluar dari tubuh akan menjadi langkah signifikan menuju keabadian. Tetapi menurut Schneider, ada kendala.

“Saya tidak setuju itu akan mencapai keabadian bagi manusia. Saya pikir itu hanya menggandakan Anda dalam versi digital ganda,” katanya.

Schneider, yang juga penulis ‘Artificial You: AI and the Future of Your Mind’ menggambarkan eksperimen pemikiran di mana otak bertahan atau tidak dalam proses pengunggahan. Jika otak bertahan, salinan digitalnya tidak bisa ‘menjadi orang tersebut’ karena ia masih hidup.

Salinan digital juga tidak bisa menjadi ‘seseorang itu’ jika otaknya tidak selamat dari proses pengunggahan. Kalaupun berhasil, salinan otak itu hanya bisa menjadi kembaran digital.

Menurut Schneider, cara yang lebih baik menuju umur panjang yang ekstrem, sekaligus melestarikan manusia, adalah melalui peningkatan biologis yang sesuai dengan kelangsungan hidup otak manusia. Metode lain yang lebih kontroversial adalah melalui chip otak.

“Ada banyak pembicaraan tentang penggantian bagian otak dengan chip secara bertahap. Jadi, pada akhirnya, seseorang menjadi seperti kecerdasan buatan,” kata Schneider.

Dengan kata lain, perlahan-lahan bertransisi menjadi cyborg dan berpikir dalam chip daripada neuron. Bagaimanapun, tubuh manusia memiliki tanggal kedaluwarsa, terlepas dari bagaimana ia ditingkatkan kemampuannya. Apakah manusia masih manusia tanpa tubuh mereka?

“Bagi saya, ini bukan masalah apakah Anda secara teknis adalah manusia atau bukan. Masalah sebenarnya adalah apakah Anda adalah diri yang sama dari seseorang?,” ujarnya.

Meski demikian, Schneider sangat tertarik mengamati perkembangan potensi peningkatan fungsi otak dan tubuh di masa depan. “Saya ingin melihat sains dan teknologi menyembuhkan penyakit, membuat kita lebih pintar. Saya ingin melihat orang-orang memiliki pilihan untuk meningkatkan kapasitas otak mereka. Saya hanya ingin mereka memahami apa yang dipertaruhkan,” tutupnya.