Pemanasan global disebut semakin ekstrem, seperti melonjaknya suhu bumi dan permukaan laut hingga polusi karbon yang tinggi.
Hal itu menjadi peringatan serius bagi para ilmuwan dalam melihat pemanasan global di bumi yang terasa lebih cepat dari perkiraan.
“Kenaikan suhu laut dan udara benar-benar gila. Orang yang melihat hal ini secara rutin tidak dapat mempercayai mata mereka. Sesuatu yang sangat aneh sedang terjadi,” tulis Brian McNoldy, rekan peneliti senior di Sekolah Kelautan, Atmosfer, dan Ilmu Bumi Universitas Miami Rosenstiel dalam sebuah cuitan, mengutip laporan CNN.
Bagi para ilmuwan, ini menjadi sinyal yang memprihatinkan tentang apa yang akan terjadi pada masa mendatang.
“Perubahan ini sangat mengganggu karena apa artinya bagi orang-orang di musim panas yang akan datang, dan setiap musim panas berikutnya, sampai kita mengurangi emisi karbon dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada yang kita lakukan saat ini,” kata Jennifer Marlon, ilmuwan riset di Yale School of Environment, kepada CNN.
Sementara itu bumi dinyatakan sudah 1,2 derajat celcius lebih hangat daripada masa pra industri, dan lima tahun ke depan bisa saja menjadi rekor terpanas.
Berikut adalah empat tanda perubahan iklim yang makin ekstrem:
1. Temperatur global melonjak
Tahun ini akan menjadi salah satu yang terpanas, dengan data global menunjukkan suhu melonjak ke tingkat sangat tinggi.
Sebelas hari pertama bulan Juni mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang tahun ini dengan selisih yang substansial, menurut analisis yang dirilis Kamis oleh Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa.
Ini juga pertama kalinya suhu udara global selama Juni melebihi tingkat pra industri, yaitu lebih dari 1,5 derajat Celcius.
Beberapa negara juga mengalami dampak dari kenaikan suhu berupa gelombang panas, seperti di Kanada. Panas ini yang akhirnya membuat kebakaran hutan dan ini 15 kali lebih besar dari rata-rata untuk sepanjang tahun ini. Efek kebakaran juga membuat Amerika Serikat mendapat kiriman asap berbahaya.
Kemudian di Siberia suhu melonjak di atas 100 derajat Fahrenheit. Beberapa bagian Amerika Tengah, serta Texas dan Louisiana juga menghadapi suhu yang sangat panas. Lalu Puerto Rico mengalami panas ekstrem pada Juni ini dengan suhu terasa lebih dari 120 derajat Fahrenheit, menurut National Weather Service.
Sementara rekor suhu di China telah membunuh hewan dan tanaman serta memicu kekhawatiran tentang ketahanan pangan. “Situasi saat ini aneh,” kata Phil Reid dari Biro Meteorologi Australia kepada CNN.
2. Lautan menghangat
Lautan terus menghangat ke tingkat rekor tertinggi dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan turun. Naiknya suhu permukaan laut mulai mengkhawatirkan para ilmuwan sejak Maret dan kemudian mencapai ke tingkat rekor pada April. Ini membuat para ilmuwan berebut untuk mencari tahu alasannya.
Kemudian pada Mei menjadi yang terpanas di lautan dunia, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration. Ini adalah pola pemanasan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Sementara pada 2022, lautan dunia memecahkan rekor panas selama empat tahun berturut-turut.
“Bahkan sebelum El Nino diumumkan secara resmi, daerah tropis dan lautan sudah mengalami pemanasan yang sangat cepat. Diharapkan tidak secepat dulu,” kata Ahli klimatologi Maximiliano Herrera.
Pemanasan laut menimbulkan konsekuensi yang mengerikan, termasuk pemutihan karang, matinya kehidupan laut, dan naiknya permukaan laut.
3. Lapisan es di laut Antartika capai rekor terendah
Lapisan es laut Antartika mencapai rekor terendah sepanjang tahun ini. Para ilmuwan khawatir itu adalah tanda lebih lanjut bahwa krisis iklim telah tiba di wilayah terpencil ini.
Pada akhir Februari, es laut Antartika mencapai tingkat terendah sejak pencatatan dimulai pada 1970-an, pada 691.000 mil persegi.
Meski Antartika telah memasuki musim dingin, dan es laut mulai tumbuh kembali, levelnya masih berada pada rekor terendah sepanjang tahun ini.
4. Rekam jejak karbon dioksida
Tingkat karbon dioksida di udara yang mayoritas berasal dari kendaraan bahan bakar fosil juga mencapai rekor pada bulan Mei, menurut para ilmuwan dari NOAA dan Scripps Institution of Oceanography di University of California di San Diego awal bulan ini.
Tingkat polusi karbon yang memicu krisis iklim ini dinilai lebih tinggi 50 persen dari sebelum revolusi industri dimulai.
“Setiap tahun kami melihat tingkat karbon dioksida di atmosfer kita meningkat sebagai akibat langsung dari aktivitas manusia. Setiap tahun, kami melihat dampak perubahan iklim berupa gelombang panas, kekeringan, banjir, kebakaran hutan, dan badai yang terjadi di sekitar kita,” kata Administrator NOAA Rick Spinrad dalam sebuah pernyataan.