Fenomena solstis (solstice) sedang berlangsung di seluruh dunia, Rabu (21/6) malam ini.
Solstis merupakan fenomena ketika Matahari melintasi Garis Balik Utara maupun Garis Balik Selatan.
Dua garis itu merupakan garis khayal pada bola Bumi yang terletak pada lintang yang senilai dengan kemiringan sumbu Bumi yakni 23,44° LU dan 23,44° LS.
Mengutip unggahan instagram Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), penyebab solstis adalah kondisi Bumi yang berotasi secara miring terhadap ekliptika sekaligus mengorbit Matahari.
“Sehingga ujung sumbu rotasi Bumi selalu menghadap ke arah yang sama yakni Polaris atau bintang kutub (setidaknya hingga dua milenium mendatang, karena mengalami pergeseran bintang kutub),” demikian keterangan ORPABRIN.
Di Indonesia, fenomena ini tidak bisa dilihat lantaran berlangsung pada malam hari ini. BRIN menyebut solstis terjadi pada Rabu (21/6) pukul 21.57 WIB atau 22.57 WITA atau 23.57 WIT pada jarak Bumi-Matahari 152.029.120 km.
Selain itu, dampak solstis juga tidak begitu terasa lantaran Indonesia hanya memiliki dua musim. Namun bagi negara dengan empat musim, fenomena solstis merupakan hal yang signifikan.
Dikutip dari Space, solstis pada Juni menandai kedatangan musim panas. Dalam kebanyakan publikasi tentang ini, para penduduk Bumi bagian utara merasa siang hari menjadi lebih panjang dan malam menjadi lebih pendek.
Namun, anggapan itu tidak sepenuhnya tepat. Sebagai contoh, di New York (garis lintang 41° utara), Matahari pada 21 Juni akan berada di atas horison selama 15 jam 6 menit.
Sementara, malam hanya akan berlangsung selama delapan jam.
Akan tetapi, anggapan itu tak sepenuhnya tepat. Joe Rao, dosen tamu di Hayden Planetarium, Amerika Serikat (AS) menyebut durasi itu tak sepenuhnya tepat.
Menurutnya, ada durasi senja yang juga berpengaruh.
Saat Matahari menghilang di ufuk barat pada barat laut di sore hari, langit tidak langsung menjadi gelap dengan segera.
Pun langit tidak benar-benar gelap saat Matahari muncul di ufuk timur pada timur laut di pagi hari. Hal tersebut terjadi karena atmosfer.
Senja didefinisikan sebagai cahaya yang menyebar dari langit pada sore atau pagi hari saat matahari berada di bawah cakrawala dan cahayanya dibiaskan oleh atmosfer bumi.
“Pada musim ini, bagi mereka yang berada di belahan Bumi utara, senja berlangsung paling lama,” ujar Rao.
Selain di bulan Juni, solstis juga terjadi pada Desember. Bedanya, solstis Desember terjadi saat Kutub Selatan dan Belahan Bumi Selatan condong ke Matahari, dan di saat yang sama Kutub Utara dan Belahan Bumi Utara menjauhi Matahari.