Kementerian Kesehatan Jepang, Jumat (2/6), mengatakan tingkat kelahiran Jepang kembali anjlok pada 2022 hingga mencapai rekor terendah. Rendahnya tingkat kelahiran tersebut terjadi selama tujuh tahun berturut-turut. Pemerintah Jepang menggarisbawahi krisis yang mencengkeram negara itu ketika populasi menyusut dan menua dengan cepat.
Angka fertilitas atau rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama hidupnya adalah 1,2565. Angka tersebut turun dibandingkan dengan level terendah sebelumnya di 1,2601 yang diunggah pada 2005 dan jauh di bawah level 2,07, angka yang dianggap dapat mempertahankan kestabilan populasi.
Masalah populasi merupakan prioritas utama pemerintah Perdana Menteri Fumio Kishida. Di tengah tingkat utang yang tinggi, Jepang berencana mengalokasikan pengeluaran sebesar 3,5 triliun yen ($25 miliar) setahun untuk perawatan anak dan tindakan lain untuk mendukung orang tua.
“Populasi kaum muda akan mulai menurun drastis pada 2030-an. Jangka waktu hingga saat itu adalah kesempatan terakhir kita untuk membalikkan tren penurunan kelahiran,” ujarnya pekan ini saat mengunjungi fasilitas penitipan anak.
Pandemi telah memperburuk masalah demografis Jepang. Angka pernikahan yang rendah dalam beberapa tahun terakhir mengakibatkan penurunan angka kelahiran, dan COVID juga menyebabkan lebih banyak kematian.
Jumlah bayi baru lahir di Jepang turun 5 persen menjadi 770.747 pada tahun lalu, angka terendah baru. Sementara jumlah kematian melonjak 9 persen lebih tinggi ke rekor 1,57 juta, berdasarkan data. Jepang mencatatkan lebih dari 47.000 kematian pada tahun lalu karena pandemi virus corona.