Jonas King dari Brooklyn, New York, termasuk di antara sekelompok desainer baru yang berfokus pada daur ulang busana dan tekstil bekas. Wartawan Nina Vishneva melaporkan, King menggunakan bahan bekas itu menjadi barang-barang berdesain khusus. 

“Ini kumpulan sisa-sisa potongan bahan, Anda lihat saya punya potongan bahan ini di mana-mana. Potongan-potongan bahan ini adalah hidup saya.”

Itu tadi komentar Jonas King. Desainer di Brooklyn ini menjahit kembali, mewarnai ulang, mengubah dan mendaur ulang potongan-potongan bahan itu. Bajunya sendiri adalah karya tambalan yang terdiri berbagai warna, pola dan aneka jenis bahan.

Ia juga seorang upcycler, tren ramah lingkungan terbaru di mana bahan-bahan lama bisa mendapat ‘kehidupan baru’ dengan nilai lebih tinggi ketimbang produk awalnya. Untuk King, produknya adalah pakaian.

“Manusia adalah spesies yang membuat terlalu banyak barang. Kita di dunia sekarang ini punya cukup banyak baju untuk dikenakan hingga enam generasi mendatang dan Anda pikir bahwa baju itu tidak didistribusikan secara merata di seluruh dunia. Semuanya di Barat,” jelasnya.

King mengatakan ia tengah bersekolah ketika mulai jatuh cinta pada slow fashion, sejenis fesyen berkelanjutan yang mempertimbangkan dampak manufaktur busana terhadap manusia, lingkungan dan hewan.

Ia mulai menjahit baju bertudung di kelas dan kemudian ikut kompetisi bagi para desainer muda. Ia menjadi sukarelawan untuk peragaan busana anak-anak terkenal KidSuper dan menerima hadiah, berupa mesin jahitnya yang pertama. KidSuper adalah acara di mana busana yang ditampilkan terbuat dari bahan daur ulang yang disumbangkan orang-orang dari seluruh dunia.

King kemudian kuliah di Fashion Institute of Technology, New York. Ia tinggal di kawasan Brooklyn bersama beberapa temannya, yang berprofesi sebagai seniman dan musisi. Ia mendapatkan sejumlah bahan dari teman-temannya, tetapi kebanyakan bahan itu berasal dari tempat layanan daur ulang New York yang bernama “FabScrap”.

Sang pendiri, Jessica Schreiber, mengatakan, “FabSrap” mengumpulkan sekitar 3,5 ton bahan setiap pekan. Ia menambahkan,“Sewaktu disortir, kita bisa lihat ada kain-kain lepas di sini, semuanya sisa kain. Kami kirim ke mesin penghancur, dan inilah hasil akhirnya, yang disebut shoddy. Orang menggunakannya sebagai pengisi bantal, jok bangku, boneka binatang.”

King menggunakan pendekatan ramah lingkungan untuk mode lebih jauh lagi. Yang terbaru adalah menciptakan pakaian warna hijau hasil celupan dengan pewarna dari bunga dan daun-daun ivy.

Berikutnya, ia berencana menggunakan dandelion dan bunga matahari untuk mendapatkan warna-warna tanah untuk pakaiannya. Ia menjual kemeja, celana dan tas melalui situs toko busananya, 2fifty.