Boeing dan Badan Penerbangan Federal AS Dikritik Terkait Sertifikasi 737 Max, Pesawat yang Jatuh di Indonesia dan Ethiopia

0
879

Panel internasional menemukan bahwa Badan Penerbangan Federal AS (FAA) tidak meninjau sistem keselamatan otomatis baru pada pesawat Boeing 737 Max dengan cukup memadai.

Panel tersebut mengatakan bahwa FAA terlalu banyak mendelegasikan proses pengawasan kepada Boeing. Sementara itu, Boeing memberikan informasi yang membingungkan tentang sistem yang terkait dengan dua kasus kecelakaan maut.

FAA berterima kasih kepada panel atas laporan “yang sangat terbuka” itu.

Adapun Boeing berjanji untuk bekerja sama dengan FAA atas rekomendasi yang diberikan.

FAA, yang bertanggung jawab mengawasi keselamatan pesawat di AS, melakukan peninjauan di bulan April setelah dua kecelekaan Boeing 737 Max di Indonesia dan Ethiopia merenggut nyawa 346 orang.

Badan tersebut menerima banyak kritik atas persetujuannya terhadap Boeing 737 Max, yang telah dilarang terbang sejak Maret lalu, menyusul kecelakaan yang terjadi.

Dalam dua insiden tersebut, para penyelidik berfokus pada peran sistem perangkat lunak yang disebut MCAS (Manoeuvering Characteristics Augmentation System) dalam kecelakaan tersebut, yang sebelumnya dirancang untuk memudahkan pesawat mengangkasa.

Penyelidikan sejauh ini menunjukkan bahwa perangkat lunak itu -serta kegagalan sensor- menyebabkan pilot tidak mampu mengendalikan pesawat.

‘Tekanan yang tak semestinya’

Dalam laporan yang diterbitkan hari Jumat (11/10), panel menemukan bahwa “terbatasnya keterlibatan” dan “pengetahuan tak memadai” FAA atas sistem keamanan otomatis MCAS “menyebabkan ketidakmampuan FAA untuk memberikan penilaian independen”.

Mereka juga menemukan bahwa pegawai Boeing yang menjalankan proses sertifikasi itu berada dalam kondisi di bawah “tekanan yang tak semestinya… yang semakin mengikis tingkat keterjaminan sistem pendelegasian tugas ini”.

Meskipun proses persetujuan FAA juga mencermati pergantian individu, badan itu tidak mempertimbangkan dengan baik bagaimana pergantian tersebut dapat memengaruhi sistem yang ada ataupun pilot dan kru, kata laporan itu.

Panel internasional yang menyusun laporan tersebut terdiri dari perwakilan FAA, pejabat NASA serta sembilan negara lainnya, termasuk Kanada, China dan Indonesia.

‘Meningkatkan keamanan penerbangan’

FAA berjanji akan menindaklanjuti rekomendasi yang dibuat panel.

“Kami menyambut pemeriksaan ini dan yakin bahwa keterbukaan kami terhadap upaya ini akan semakin meningkatkan keselamatan penerbangan di seluruh dunia,” ungkap ketua FAA Steve Dickson. “Kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia adalah pengingat yang suram bahwa FAA dan mitra regulator internasional kami harus berusaha keras untuk terus-menerus memperkuat keselamatan penerbangan.”

Boeing, yang menyalahkan kedua kecelakaan itu pada kesalahan data yang masuk ke dalam sistem, menyebut keselamatan sebagai “nilai inti”. Mereka mengatakan bahwa mereka sedang memperbaiki perangkat lunak pesawat untuk meningkatkan perlindungan.

“Boeing berkomitmen untuk bekerja sama dengan FAA dalam meninjau rekomendasi-rekomendasi tersebut dan membantu terus meningkatkan proses dan pendekatan yang digunakan untuk memvalidasi dan mensertifikasi pesawat terbang ke depan,” kata perusahaan itu dalam pernyataan mereka.