Hawa kompetisi untuk membangun konstelasi satelit internet ikut terbawa ke Asia. Sebab, baru-baru ini Jepang menyusul langkah China dan Amerika Serikat (AS) untuk meluncurkan satelit-satelit internet.
Pekan lalu, layanan ecommerce asal Jepang, Rakuten mengumumkan telah membeli saham perusaaan asal AS, AST & Science. Perusahaan yang berbasis di Texas ini berencana untuk membangun jaringan internet pita lebar di antariksa untuk pertama kali.
Saat ini, baru SpaceX yang sudah mulai melakukan peluncuran untuk mewujudkan konstelasi satelit internet mereka, Starlink. SpaceX berencana satelit-satelit mini ini nantinya akan mengangkasa di seluruh dunia. Saat ini sudah ada 300 satelit mini yang mengorbit dari total 12 ribu satelit yang direncanakan.
Investasi ini dilakukan Rakuten bekerjasama dengan operator telekomunikasi Jepang Vodafone. Keduanya mengguyur US$110 juta ke AST & Science. Sehingga total perusahaan itu mendapat guyuran dana US$128 juta untuk proyek yang mereka namakan SpaceMobile.
Konstelasi internet ini akan menghubungkan smartphone ke satelit yang meyediakan koneksi internet untuk pertama kalinya. Pada awal peluncuan, SpaceMobile bakal menyediakan layanan 4G. Meski nantinya, konstelasi satelit ini bakal menyediakan jaringan 5G.
“Investasi ini akan menjadi bagian strategi besar kami untuk menjadi operator perangkat mobile terdepan di Jepang,” jelas Hiroshi Mikitani, pendiri dan bos Rakuten.
Mengutip SpaceNews, selain Rakuten dan Vodafone, Samsung juga ikut mengucurkan investasi pada perusahaan tersebut lewat Samsung Next.
Sebelumnya, perusahaan otomotif asal China, Geely Holding juga berencana membuat perusahaan yang mengembangkan konstelasi satelit internet serupa.
Namun, satelit ini kabarnya dibuat untuk membantu pengembangan mobil otonom. Sebab, mobil otonom ini perlu menggunakan internet kecepatan tinggi dan responsif (latensi rendah).
Dengan adanya konstelasi satelit ini, siapapun tetap bisa mendapat koneksi internet dimanapun. Mereka tak akan tergantung pada jangkauan sinyal yang dipancarkan oleh tiang-tiang BTS para operator.
“Ketika Anda ada di gunung, safari Afrika, atau gurun, Anda akan tetap terkoneksi,” jelas Tang Kum Chuen, Deputy President ST Engineering Electronics, perusahaan pembuat satelit asal Singapura seperti dikutip Nikkei Asian Review.
Satelit komunikasi diharapkan bisa melengkapi jangkauan internet. Sebab, satelit bisa menjangkau wilayah yang lebih luas.
Besarnya potensi pasar satelit internet ini telah memunculkan setidaknya 800 perusahaan satelit internet kecil dalam tiga hingga empat tahun belakangan, jelas Martin Sweeting, kepala group executive dari perusahaan satelit internet Satellite Technology.
Baik Tang dan Sweeting memprediksi jaringan satelit telekomunikasi dan terestrial akan meroket dalam beberapa tahun mendatang.
Tak cuma perusahaan kecil, perusahaan raksasa seperti Airbus pun ingin ikut bermain di industri ini. Pada 2015, perusahaan multinasional Eropa membentuk kerjasama dengan perusahaan Inggris OneWeb. Gabungan perusahaan ini akan membuat konstelasi 900 satelit untuk menyediakan internet.
Sementara di Singapura, perusahaan startup satelit NuSpace bercita-cita mengoperasikan layanan serupa. Mereka akan menggunakan ratusan satelit mini dengan berat 4,5 kilogram saja. Satelit ini rencananya akan meluncur tahun depan.
Sementara Starlink SpaceX rencananya akan mengoperasikan satelit internet mereka pada pertengahan 2020. Mereka menargetkan pengguna di area pedesaan di Amerika Serikat yang tak memiliki koneksi internet, seperti dikutip Business Insider.