Sebentar lagi, Indonesia akan memiliki vaksin COVID-19 buatan dalam negeri bernama Indovac dan Inavac. Kedua vaksin tersebut rencananya akan digunakan dalam program pemerintah.
Vaksin COVID-19 Indovac dikembangkan oleh PT Bio Farma (Persero) dan Baylor College of Medicine, sementara Inavac oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga yang bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam siaran persnya mengapresiasi keberhasilan PT Bio Farma (persero) dalam mengembangkan Indovac.
“Atas arahan Presiden, Bapak Joko Widodo, PT Bio Farma berhasil mengembangkan vaksin COVID-19 dalam negeri. Sebagai BUMN yang bergerak di bidang farmasi, PT Bio Farma bekerjasama dengan Baylor College of Medicine telah menghasilkan capaian yang luar biasa,” ujarnya.
Erick menjelaskan, pengembangan Indovac dari hulu sampai hilir dilakukan di dalam negeri, mulai dari adaptasi teknologi, uji klinis hingga proses produksi dan pengemasan. Ia mengatakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk produk vaksin ini hampir mencapai 80 persen.
Erick menambahkan, Indovac siap menjalani uji klinis sebagai booster. Setelah uji klinis untuk booster, Indovac akan didaftarkan untuk uji klinis vaksinasi anak.
“Vaksin COVID-19 BUMN bermanfaat untuk vaksinasi primer dan booster baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Vaksin COVID-19 karya BUMN yang ber-platform rekombinan protein ini bisa digunakan secara aktif terhadap COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV,” tuturnya.
Menurut Erick, keberhasilan Indonesia dalam memproduksi vaksin sendiri merupakan bentuk kesiapsiagaan dalam menghadapi tantangan pandemi COVID-19 yang belum usai.
“Kita memiliki sumber daya dan platform teknologi yang terbukti siap menghadapi situasi manakala terjadi pandemi di masa depan. Sudah saatnya kita pakai vaksin buatan negeri sendiri apalagi biaya yang dikeluarkan untuk vaksin impor sudah sangat tinggi.” katanya
Sementara itu, menjawab pertanyaan VOA secara tertulis, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan proses pengembangan vaksin COVID-19 Indovac ini dilakukan sejak November 2021. Sampai saat ini, pihaknya telah menyelesaikan uji klinis fase pertama dan kedua, dan sedang menyelesaikan uji klinis fase tiga.
“Sejak Juli 2022 Bio Farma intensif berkomunikasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk pemenuhan data-data pendukung. Vaksin telah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan BPOM, hasil interim menunjukkan vaksin memiliki profil keamanan yang baik dan titer netralisasi antibodi yang setara dengan vaksin pembanding yang memiliki efikasi 80 persen. Kami berharap dalam waktu dekat izin edar penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) vaksin COVID-19 BUMN segera dirilis oleh BPOM,” ujar Honesti.
Lebih jauh Honesti menjelaskan, dengan pengalaman sebelumnya dalam memproduksi vaksin berbasis ragi seperti vaksin Hepatitis B, dan dengan fasilitas yang dimilikinya, Bio Farma tidak memiliki kesulitan yang berarti dalam mengembangkan Indovac hingga saat ini. Adapun bentuk kerja sama dengan Baylor College of Medicine, katanya. adalah penyediaan benih vaksin.
Honesti juga mengatakan segera setelah Badan POM memberikan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use of Authorization/EUA), pihaknya akan segera memproduksi vaksin tersebut. Target produksi tahap awal, katanya, sebanyak 20 juta dosis.
“Nantinya, vaksin ini akan bisa digunakan pada dewasa dan anak umur 6-17 tahun baik untuk indikasi primer maupun booster,” tambahnya.
Setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi, Honesti mengatakan pihak tidak menutup kemungkinan untuk mengekspornya.
“Ke depan vaksin ini memang akan diekspor dan juga bisa masuk menjadi salah satu vaksin dalam mekanisme support Covax Facility (multilateral). Oleh sebab itu, melalui vaksin COVID-19, Indonesia melalui Bio Farma dapat berkontribusi dalam mendukung kesehatan dunia,” jelasnya.
Vaksin COVID-19 Inavac
Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo menjelaskan pengembangan Inavac yang dilakukan oleh Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia sudah sampai pada tahap uji klinis fase tiga yang diperkirakan akan rampung pada akhir September.
“Tinggal nanti melihat bagaimana BPOM menilai proses ini. Kalau OK saya kira BPOM saya kira bisa segera mengeluarkan EUA, sehingga bisa digunakan termasuk untuk booster juga.. Kita mengatakan bahwa sebuah riset vaksin itu melalui pra klinis mulai dari infitro, invivo, kemudian lanjut ke uji klinis fase 1,2,3, dan Inavac sudah sampai ke fase ketiga dengan menggunakan 4.000 lebih partisipan,” ungkap Windhu.
Ia menjelaskan, Inavac ini hampir mirip dengan Sinovac, yakni berplatform virus COVID-19 yang sudah tidak aktif. Lalu bagaimana dengan perkiraan efikasi Inavac ini? Windhu menjawab, sebenarnya dengan adanya pengembangan vaksin COVID-19 yang baru, di saat sudah ada vaksin COVID-19 yang lain, peneliti tidak lagi memperhitungkan berapa persen efikasi vaksin baru tersebut. Menurutnya, yang terpenting adalah efikasi vaksin baru harus tidak lebih inferior dari vaksin COVID-19 yang sudah beredar.
“Yang ini, karena sudah ada vaksin, maka risetnya yang paling penting adalah menunjukkan bahwa vaksin yang dikembangkan oleh Inavac ini, jika dibandingkan dengan vaksin lain yang sudah beredar, hasilnya tidak boleh inferior, tidak boleh kalah, itu yang sekarang sudah ada hasil yang menunjukkan bahwa sebetulnya tidak inferior,” jelas Windhu.
“Jadi sekarang kita tidak berbicara lagi efikasi sebenarnya. Jadi kalau nanti hasilnya antara Inavac dibandingkan dengan Sinovac atau dengan Pfizer ternyata dia tidak inferior, dalam artian tidak kalah dengan yang lain itu artinya bahwa efikasinya setara dengan vaksin yang dibandingkan,” tambahnya.
Bantu Penyelesaian Pandemi COVID-19
Kemunculan vaksin COVID-19 karya anak bangsa ini, kata Windhu, merupakan sinyal positif, bahwa Indonesia bisa turut berperan dalam mengakhiri pandemi COVID-19. Ia mengungkapkan, saat ini secara global masih terjadi ketimpangan pendsitribusian vaksin. Menurutnya, semakin banyak negara-negara yang menjadi produsen vaksin akan berimbas kepada membaiknya penanganan pandemi COVID-19.
“Jadi kemunculan Inavac atau Indovac itu tidak hanya untuk Indonesia, tapi jelas untuk Indonesia jelas bisa melindungi warga kita, karena kita tahu bahwa kita punya keterbatasan, karena kita bukan produsen. Tapi dengan munculnya Inavac dan indovac itu tentu kita akan kuat, dan kita juga bisa membantu negara-negara lain, yang distribusi vaksinnya belum bagus dan tingkat vaksinasinya belum tinggi. itu adalah sebetulnya upaya global, tidak bisa cuma negara ini saja yang berhasil, percuma,” pungkasnya.