Robert Mugabe, pahlawan revolusioner atau orang yang menghancurkan Zimbabwe?

0
1357

Sejalan dengan semakin memburuknya perekonomian Zimbabwe dalam beberapa tahun belakangan ini, pudarnya politik dan jasmani Robert Mugabe sudah diperkirakan beberapa kali namun dia selalu bisa mengejutkan para pengkritiknya.

Sampai sekarang.

Bagaimanapun, tampaknya dengan berpihak kepada istrinya dalam persaingan untuk menjadi penerusnya, dia sudah terlalu jauh dan kehilangan dukungan dari para pemimpin militer, yang selama ini mempertahankannya di kekuasaan.

Pada usia 93 tahun, jelas kesehatannya memburuk selama setahun belakangan walau dia secara resmi masih ingin terpilih kembali tahun depan.

Sebelum pemilihan tahun 2008 lalu, dia mengatakan, “Jika Anda kalah dalam pemilihan dan ditolak oleh rakyat, itu waktunya untuk meninggalkan politik.”

Namun setelah berada di peringkat kedua di bawah Morgan Tsvangirai, dia malah lebih memperlihatkan lagi karakternya yang melawan, dengan mengatakan ‘hanya Tuhan’ yang bisa menyingkirkannya dari jabatannya.

Dan kekerasan pun digunakan untuk mempertahankan cengkramannya pada kekuasaan.

Demi melindungi para pendukungnya, Tsvangirai mundur dari putaran kedua dan walau Mugabe harus membagi kekuasaan dengan saingannya itu selama empat tahun, dia tetap menjabat sebagai presiden dari negara yang sudah dikuasainya sejak tahun 1980.

  • 1924 : Lahir
  • Mendapat pendidikan sebagai guru
  • 1964 : Dipenjara oleh pemerintah Rhodesia
  • 1980 : Menang pemilihan pascakemerdekaan
  • 1996 : Menikah dengan Grace Marufu
  • 2000 : Kalah referendum, namun kelompok milisi pendukung menyerang pertanian milik warga kulit putih dan menyerang para pendukung oposisi
  • 2008 : Berada di urutan kedua dalam putaran pertama pemilihan presiden namun saingannya Morgan Tsvangirai mundur dari putaran kedua demi menghentikan aksi kekerasan atas para pendukungnya
  • 2009 : Di tengah-tengah ambruknya perekonomian, Tsvangirai dilantik sebagai perdana menteri
  • 2016 : Surat obligasi dikeluarkan karena semakin memburuknya kekurangan uang tunai
  • 2017 : Memecat sekutu lamanya, Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa

_________________________________________________________________

Ikon pembebasan

Mugabe pernah dianggap sebagai pahlawan revolusioner, berjuang melawan penguasa kulit putih yang minoritas untuk kebebasan rakyatnya, dan itulah yang antara lain membuat banyak pemimpin Afrika enggan mengkritiknya.

Sejak kemerdekaan Zimbabwe, 18 April 1980, banyak perubahan di dunia namun pandangan Mugabe tetap sama.

Partai sosialis yang heroik, Zanu-PF, yang berkuasa tetap saja berperang melawan yang disebut setan kembar kapitalisme dan kolonialisme.

Para pengkritiknya dikecam sebagai ‘pengkhianat’, sebutan yang pada masa perang gerilya dulu bisa membuat seseorang dijatuhi hukuman mati.

Dia selalu menuding persekongkolan negara-negara Barat yang menyebabkan masalah dalam perekonomian Zimbabwe dan persekongkolan itu -menurut Mugabe- dipimpin oleh Inggris yang ingin mengulingkannya karena kebijakannya menyita lahan pertanian milik warga kulit putih.

Para pengkritiknya dengan tegas menuding Mugabe dengan menyatakan dia yang tidak memahami bagaimana perekonomian modern berjalan.

Dia disebut selalu berkonsentrasi pada bagaimana membagi ‘kue nasional’ dan bukan bagaimana membuatnya lebih besar.

Mugabe pernah mengatakan bahwa satu negara tidak akan pernah bangkrut dan dengan perekonomian Zimbabwe yang paling menyusut di dunia serta inflasi tahunan mencapai 231.000.000% pada Juli 2008, dia tampaknya bertekad untuk membuktikan teorinya sampai ke ujung paling akhir.

Profesor Tony Hawkins dari University Zimbabwe mengamati pemimpin Zimbabwe itu berpendapat, “Jika ekonomi menghambat politik, maka politik yang selalu menang.”

Tahun 2000, ketika dihadapkan pada oposisi yang kuat untuk pertama kali, dia menghancurkan satu sektor dari perekonomian yang pernah merupakan paling beragam di Afrika demi untuk mempertahankan kekuasaan politik.

Dengan menyita pertanian milik warga kulit putih, yang merupakan tulang punggung perekonoian negara itu, dan membuat negara-negara donor khawatir, Mugabe berhasil mengakali musuh-musuhnya dan tetap berkuasa.

Dengan segala akibat

Taktik-taktik yang digunakannya dan para pendukungnya berasal dari masa perang gerilya.

Setelah dia menderita kekalahan pertama sepanjang kariernya dalam referendum tahun 2000, dia mengerahkan para milisi yang menggunakan kekerasan dan pembunuhan -dengan dukungan aparat keamanan- sebagai ‘strategi’.

Delapan tahun kemudian, pola yang sama terjadi ketika Mugabe kalah dalam babak pertama pemilihan presiden dari saingan lamanya, Morgan Tsvangirai.

Jika diperlukan maka semua tingkatan aparat negara -baik itu aparat keamanan, pegawai negeri, media pemerintah- yang dikuasai para anggota Zanu-PF akan dikerahkan untuk melayani partai penguasa.

Pria yang dulu memperjuangkan ‘satu orang satu suara’ menetapkan persyaratan bahwa setiap pemilih harus membuktikan tempat tinggal dengan rekening listrik atau air, yang tidak dimiliki oleh kaum pengangguran penentangnya yang jumlahnya besar.

Sikapnya atas kaum oposisi sudah terlihat sejak awal 1980-an, ketika anggota dari Brigade Kelima militer Zimbabwe -yang mendapat latihan di Korea Utara- dikerahkan ke Matabeleland, kampung halaman saingannya, Joshua Nkomo.

Ribuan orang dibunuh sebelum Nkomo sepakat untuk berbagi kekuasaan dengan Mugabe, pola yang terulang kembali dengan Tsvangirai.

Satu pencapaian yang tidak diragukan dari mantan guru itu selama berkuasa sekitar 37 tahun adalah perluasan pendidikan dan Zimbabwe memiliki tingkat melek huruf dan angka yang tertinggi di Afrika, yang mencapai 90% dari total penduduk.

Mendiang pengamat politik ternama, Masipula Sithole, sekali waktu mengatakan bahwa dengan memperluas pendidikan, presiden sebenarnya sedang ‘menggali liang kuburnya sendiri’.

Para kaum muda yang menikmati pendidikan itu kini mampu menganalisa masalah Zimbabwe dengan pandangannya sendiri dan sebagian besar menuding korupsi dan salah kelola oleh pemerintah yang menyebabkan kurangnya lapangan kerja maupun meningkatnya harga.

Tokoh kartun

Mugabe mungkin memiliki keyakinan bahwa lebih mudah untuk memerintah negara dengan rakyat berupa para petani yang memenuhi kebutuhan sendiri dibanding angkatan kerja industri yang berpendidikan.

Dia mengaku berjuang atas nama rakyat pedesaan yang miskin namun banyak lahan pertanian yang disitanya berakhir di kroni-kroninya.

Uskup Agung Afrika Selatan, Desmond Tutu, sekali waktu mengatakan bahwa presiden Zimbabwe yang sudah lama berkuasa itu sudah menjadi tokoh kartun dari tipikal diktator Afrika.

Dalam kampanye pemilihan presiden 2002, misalnya, dia mulai mengenakan kaus mencolok yang bergambar wajahnya, yang ditiru dari banyak penguasa Afrika lainnya.

Selama sekitar 20 tahun sebelumnya, pria konservatif ini selalu terlihat di depan umum dengan menggunakan setelan kaku berdasi atau pakaian safari.

Banyak warga Zimbabwe yang tertanya-tanya kenapa dia tidak angkat kaki saja dan menikmati hidupnya bersama keluarganya.

Istri keduanya, Grace -yang berusia 40 tahun lebih muda- pernah mengatakan bahwa Mugabe bangun pukul 04.00 subuh untuk latihan olahraga hariannya.

Ketika berusia 73 tahun dia memberi Grace kelahiran anak ketiganya, Chatunga.

Dia mengaku sebagai seorang Katolik yang taat dan merupakan jemaat di Katedral Katolik Harare, yang kadang-kadang dibanjiri oleh aparat keamanan jika dia datang untuk misa hari Minggu.

Bagaimanapun ketaatanya beragama itu tidak mencegahnya untuk memiliki dua anak dari Grace -yang dulu menjadi sekretarisnya- ketika istrinya asal Ghana yang populer, Sally, sedang mendekati ajalnya karena menderita kanker.

Raja Zimbabwe?

Meskipun Mugabe bertahan lebih lama dibanding banyak ramalan orang, ketegangan yang meningkat beberapa tahun terakhir jelas membawa akibat sementara penampilannya selama ini yang nyaris sempuna kini terlihat usang.

Tahun 2011, satu pesan diplomatik Amerika Serikat yang dibocorkan oleh Wikileaks memperlihatkan dia menderita kanker prostat.

Namun Mugabe adalah pria yang selalu bangga dengan dirinya dan sering mengatakan bahwa dia baru akan mundur jika ‘revolusi-nya’ sudah tercapai.

Yang dimaksudnya dengan revolusi itu adalah redistribusi lahan pertanian milik warga kulit putih dan juga dia yang akan menunjuk penerusnya, yang sudah pasti berasal dari partai Zanu-PF.

Sempat beredar prakiraan luas bahwa Zanu-PF atau negara-negara tetangga Zimbabwe akhirnya akan menentang Mugabe, namun keduanya hingga saat ini tetap setia padanya sejak bertahun-tahun lalu.

Didymus Mutasa -yang pernah menjadi orang dekat Mugabe namun kemudian putus hubungan- mengatakan kepada BBC bahwa dalam budaya Zimbabwe raja hanya akan diganti jika sudah meninggal dan ‘Mugabe adalah raja kami’.

Namun tampaknya sebagian dari mantan pendukungnya tidak siap untuk sebuah dinasti.

Sumber : bbc.com