Diperkirakan sekitar 19 juta jiwa akan melangsungkan ritual mudik, pulang kampung dari ibukota Jakarta dan sekitarnya, ke berbagai daerah di Indonesia.
Dan pada Kamis (22/06), arus mudik diperkirakan mulai meningkat, khususnya, yang menggunakan kendaraan pribadi hingga puncaknya pada dua hari menjelang Idul Fitri, yang diperkirakan yang diperkirakan jatuh pada Minggu (25/06).
Walau pemerintah mengaku sudah mengantisipasi terjadi penumpukan kendaraan di sejumlah ruas jalan tol di Jawa, jelas tidak menjadi jaminan perjalanan mudik akan lancar dan aman, kata pengamat.
Keramaian di Stasiun kereta api Senen, Jakarta, Rabu (21/06) sore, menandai dimulainya gelombang besar jutaan warga Muslim Indonesia yang mudik ke tempat asalnya.
Seorang pemudik, Jamil, asal sebuah kota di Jawa Tengah, mengaku memilih mudik lebih awal demi mendapatkan kenyamanan.
“Kalau (mudik) mendekati hari raya, H minus satu atau dua, itu rebutan. Jadi mending cuti lebih awal,” katanya saat ditemui BBC Indonesia di Stasiun Senen.
Dibanding tahun lalu, jumlah pemudik tahun ini diperkirakan naik sekitar 5% atau menjadi sekitar 19 juta jiwa, menurut Kementerian Perhubungan.
Kecuali angkutan bus yang mengalami penurunan, semua moda transportasi lainnya diperkirakan mengalami kenaikan.
Salah-satu moda transportasi yang mengalami kenaikan adalah kendaraan pribadi, sehingga kekhawatiran terjadinya penumpukan kendaraan di ruas jalan tol menjadi salah-satu prioritas pemerintah.
“Untuk mengantisipasi arus pelonjakan, seperti di exit (pintu keluar tol) Brebes, sudah ada rekayasa jalan. Kalau sudah lonjakan berapa kilometer, kita sudah membuka jalur-jalur keluar dan membuat jalan alternatif yang lain,” kata Kepala harian posko nasional mudik lebaran di Kementrian Perhubungan, Rudiana, Rabu (21/06).
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian memperkirakan masih adanya penumpukan arus kendaraan pada puncak mudik, yaitu di pintu tol Brebes Timur. Alasannya, adanya penyempitan jalan menuju tol baru Gringsing Batang.
“Kita perkirakan tahun ini tetap penumpukan ada di daerah Brebes, yaitu di pintu tol Brebes Timur. Karena ada bottleneck (penyempitan) menuju tol baru ke Grinsing,” kata Kapolri Tito Karnavian, pekan lalu.
Tahun lalu, kemacetan parah terjadi saat arus mudik di pintu jalan tol Brebes Timur yang menyebabkan terjadinya korban jiwa.
Walaupun kesiapan jalan tol kini jauh lebih baik, Kementerian Perhubungan telah memfungsikan ‘jalan tol yang belum jadi’ -yang disebut tol fungsional-sebagai opsi jika terjadinya penumpukan.
Namun demikian, pemudik diminta berhati-hati dan tidak terlalu memberikan ekspektasi yang terlalu besar terhadap keberadaan tol fungsional tersebut.
Sejumlah laporan menyebutkan, jalan itu masih berdebu dan tidak rata, sehingga pengguna kendaraan dihimbau tidak melaju dengan kecepatan tinggi di sana.
“Jangan berekspektasi jalan itu adalah jalan tol. Memang itu jalan yang kita operasikan untuk mengurai kemacetan dari tol yang memang berbayar, pada service kepada masyarakat agar dia mendapatkan tambahan service,” kata Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
Ketua Institut Studi Transportasi, Darmaningtyas, mengakui pemerintah telah berupaya memperbaiki layanan mudik, antara lain satunya melalui penambahan jalan tol.
Namun demikian, dia mengingatkan hal penting yang harus diutamakan dalam pelayanan mudik adalah masalah keselamatan.
“Apapun moda transportasi yang dipakai, dan betapapun sibuknya penyelenggaraan angkutan lebaran, tapi aspek keselamatan adalah hal yang utama,” kata Darmaningtyas kepada BBC Indonesia.
“Tahun lalu,” lanjutnya, “pemerintah sudah bisa menurunkan angka kecelakaan cukup signifikan. Sekarang, saya kira, target pemerintah adalah menurunkan angka kecelakaan itu sendiri, artinya jumlah korban yang meninggal akibat kecelakaan.”
Hari Kamis (22/06 gelombang mudik jutaan orang diperkirakan akan mulai meningkat dan terus melonjak hingga puncaknya pada dua hari jelang lebaran, yang diperkirakan akan jatuh pada akhir pekan.
Sumber : bbc.com