Vietnam menghentikan ekspedisi pengeboran gas di perairan Laut Cina Selatan yang menjadi sengketa sejumlah negara setelah Cina melancarkan ancaman.
Sebuah sumber dalam industri minyak Vietnam mengatakan kepada BBC bahwa para petinggi perusahaan Repsol diminta pemerintah Vietnam meninggalkan kawasan pengeboran.
Instruksi itu dikeluarkan lantaran Cina disebut mengancam menyerang sejumlah pangkalan Vietnam di Kepulauan Spratly jika pengeboran tidak dihentikan. Laporan ini kemudian dikonfirmasi sumber diplomatik Vietnam.
Ekspedisi pengeboran dimulai bulan lalu di perairan sejauh 400 kilometer lepas pantai Vietnam bagian tenggara. Oleh pemerintah Vietnam, kawasan yang disebut Blok 136-03 itu disewakan ke Talisman-Vietnam, anak perusahaan Repsol Spanyol.
Akan tetapi, di pihak lain, Cina telah menyewakan kawasan perairan yang sama kepada perusahaan lain. Belum jelas perusahaan yang mana, namun pada 2015 area yang disebut Wanan Bei-21 oleh pemerintah Cina itu telah dijual ke perusahaan Brightoil di Hong Kong.
Belakangan, perusahaan tersebut membantah memilikinya. Dua dari anggota dewan direksi Brightoil adalah anggota Partai Komunis Cina.
Seorang analis, yang tidak ingin identitasnya dipublikasikan, memperkirakan Repsol telah menghabiskan sekitar US$300 juta untuk mengeksploitasi area tersebut.
Karena itu, kalangan pengamat cukup terkejut ketika pemerintah Vietnam mundur sedemikian cepat.
Cina mengklaim hampir seluruh wilayah di Laut Cina Selatan, termasuk karang dan pulau di dalamnya. Langkah itu menciptakan persengketaan dengan sejumlah negara, termasuk Vietnam dan Filipina.
Pada 2014, kapal penjaga pantai dan kapal-kapal lain milik Cina dan Vietnam berkonfrontasi di dekat Kepulauan Paracel yang terletak di Laut Cina Selatan. Hal itu kemudian menimbulkan unjuk rasa antiCina di Vietnam.
Sejak peristiwa itu, kedua negara berupaya menghindari konfrontasi.
Sumber : bbc.com