Gunung Agung erupsi, warga sempat panik lihat asap hitam membumbung dari kawah

0
1181

Gunung Agung di Karangasem, Bali, meletus hari Selasa (21/11) sekitar pukul 17.05 WITA dengan mengeluarkan asap hitam, yang membuat sejumlah warga panik.

Keterangan yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan bahwa asap berwarna kelabu tebal itu mencapai ketinggian maksimum sekitar 700 meter di atas puncak gunung.

Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan area di sekitar gunung masih berlaku status siaga level tiga dan masyarakat diimbau tetap tenang.

“Tidak usah panik. Jauhi radius enam hingga 7,5 kilometer sesuai rekomendasi PVMBG,” kata Sutopo melalui Twitter.

Seruan yang sama juga ditujukan untuk para pendaki, pengunjung, dan wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apa pun di Zona Perkiraan Bahaya dan di seluruh area di dalam radius enam km dari kawah puncak gunung.

“Diharapkan seluruh masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar Gunung Agung maupun di Pulau Bali, untuk segera menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun pelindung mata sebagai upaya antisipasi potensi bahaya abu vulkanik,” demikian keterangan PVMBG.

Meski sudah diminta untuk tenang, sejumlah warga mengaku panik melihat asap hitam membumbung dari kawah Gunung Agung, seperti yang dialami Gusti Ngurah Darmayasa, warga Desa Besakih.

Ia memutuskan untuk pindah ke tempat pengungsian untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Tadi pagi saya pulang. Tapi sore tadi warga lihat asap pekat, warga panik dan kembali ke pengungsian,” kata Darmayasa saat ditemui wartawan di Bali, Raiza Andini, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung Desa Rendang.

Dharmayasa mengatakan pada saat asap kelabu dan abu vulkanik keluar, dirinya tidak merasakan gempa. Kondisi di sekitar Besakih cukup tenang.

“Tidak ada gempa … tiba-tiba saja ada asap pekat. Karena panik, kami sekeluarga memilih untuk kembali mengungsi ke Desa Rendang,” jelasnya.

Sementara itu Juniantara, juga berasal dari Desa Rendang, langsung memilih ke Pos Pantau untuk mengetahui asap kelabu yang dikeluarkan Gunung Agung. Dia pun sempat panik namun tetap siaga di rumahnya.

“Kaget tadi lihat asap tinggi ke atas. Warnanya juga gelap. Saya kira awan mendung, ternyata dari kawah, langsung saya ke sini untuk cari tahu,” kata Juniantara.

Letusan freatik

Dewa Mertayasa, kepala pos pemantauan Gunung Agung, kepada para wartawan mengatakan erupsi Gunung Agung hari Selasa adalah jenis letusan freatik.

“Letusan freatik itu kan antara air permukaan dan impak dari panas, magma naik yang tanggal 22 (Oktober) itu.”

“Itu yang menyebabkan letusan (hari ini),” tambahnya. Soal material yang keluar, ia menjelaskan berupa abu tipis. Ia menambahkan asap yang keluar makin tipis, berdasarkan pantuan pada Selasa malam waktu setempat.

Jubir BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan bahwa letusan freatik terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi.

Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke dalam tanah di dalam kawah, kemudian kontak langsung dengan magma.

“Letusan freatik disertai dengan asap, abu dan material yang ada di dalam kawah,” jelas Sutopo.

Ia mengatakan letusan freatik sulit diprediksi. Bisa terjadi tiba-tiba dan sering kali tidak ada tanda-tanda adanya peningkatan kegempaan.

“Beberapa kali gunung api di Indonesia meletus freatik saat status gunung tersebut Waspada (level 2) seperti letusan Gunung Dempo, Gunung Dieng, Gunung Marapi, Gunung Gamalama, dan Gunung Merapi,” katanya.

Tinggi letusan freaktik bervariasi, bisa mencapai 3.000 meter tergantung kekuatan uap airnya.

Status Gunung Agung hingga saat ini tetap Siaga level 3.

“Tidak ada peningkatan status, PVMBG terus melakukan pemantauan dan analisis aktivitas vulkanik,” katanya.

Sutopo menegaskan bahwa kondisi Bali aman.

“Bandara Internasional Ngurah Rai normal. Pariwisata aman kecuali radius berbahaya di radius enam hingga 7,5 km dari puncak Gunung Agung,” katanya.

Aktivitas vulkanik Gunung Agung mendorong pemerintah mengungsikan 29.245 warga. Mereka tersebar di 278 titik.

Status Gunung Agung diturunkan dari level awas menjadi level siaga mulai Minggu (29/10).

Kepala PVMBG, Kasbani, mengatakan, penurunan status itu di dasarkan sejumlah indikator, antara lain kegempaan, deformasi atau bentuk, dan pengamatan visual serta citra satelit.

Ketika itu dikatakan gempa cenderung turun, data GPS menunjukan deformasi melambat, dan termal juga tiap hari mengalami penurunan.

Sejak akhir Oktober tersebut, sebagian besar pengungsi dipulangkan secara bertahap.

Badan penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Bali mengatakan pengungsi yang dipulangkan terutama berasal dari desa-desa di luar radius bahaya.

Status Awas Gunung Agung mulai ditetapkan pada 22 September 2017 silam.

Gunung Agung terakhir kali meletus pada 1963, menyebabkan sekitar 1.500 orang meninggal dunia.

Sumber : bbc.com