Mengangkat kisah pribadi siswa Muslim untuk mengatasi Islamofobia di Wales

0
967

Kaum muda Islam di Wales, Inggris barat, mengatakan sering dipelototi di depan umum, disebut ‘teroris’ di sekolah, dan diminta agar melepas kerudungnya oleh oleh orang tak dikenal.

Insiden-insiden tersebut masih juga terjadi walau sudah ada seruan agar sekolah-sekolah di Wales meningkatkan kesadaran atas Islamofobia.

Dan Komisioner Anak untuk Wales, Sally Holland, menegaskan upaya dipusatkan pada dampak buruk dari kejahat

an kebencian agama, yang berdasarkan statistik terbaru pemerintah Inggris Raya meningkat sekitar 29% di wilayah Inggris dan Wales.

Salah satu caranya adalah dengan meminta murid-murid pemeluk Islam menceritakan pengalaman mereka untuk membuat video yang digunakan dalam proses belajar kelas.

Studi oleh sebuah lembaga sosial di Wales menyebutkan terjadi peningkatan kejahatan kebencian sampai 35% pada masa 2016-2017, dengan didasarkan pada data 16 dari 22 otoritas lokal yang melaporkan insiden rasisme.

Sally Holland, mengaku memperoleh banyak pemahaman baru setelah mendengar langsung pengalaman sehari-hari kaum muda Islam.

“Saya sudah berbicara dengan kaum muda di Wales yang mengatakan kepada saya bahwa mereka sering kali ketakutan di tengah masyarakat, bahwa mereka secara langsung mengalami penghinaan di sekolah dan mereka bosan tentang bagaimana Islam digambarkan oleh media dan pengaruhnya atas pandangan dari murid yang bukan Muslim,” jelasnya.

Rekaman video tentang pengalaman para murid itu mencakup dari murid-murid di Sekolah Menengah Atas Cathays di Cardiff, yang sekitar tiga perempat muridnya berasal dari etnis minoritas.

Shutha, remaja perempuan yang berusia 15 tahun, mengaku dia mendengar ‘beberapa komentar rasis’ yang ditujukan langsung kepadanya.

“Komentar seperti ‘pulang ke negaramu’ atau ‘apa yang ada di benak kamu’ tanpa tahu apa pentingnya (pertanyaan) itu,” tuturnya.

“Saya dulu suka berpikir mereka adalah orang yang menakutkan namun semakin saya besar, saya menyadari mereka tidak mendapat pemahaman tentang Islam, tentang apa yang kami lakukan di agama kami, mengapa kami melakukannya, kami yang berpakaian secara khusus, dan kenapa keyakinan kami memiliki jalan tertentu.”

Dia menambahkan, “Dan saya merasa jika orang-orang lebih dididik dalam hal itu, maka Islamofobia akan menurun, akan menurun pula kebencian pada umumnya.”

Seorang remaja pria yang berusia 16 tahun, Azeem, tidak pernah mengalami insiden Islamofobia secara langsung namun beberapa temannya menghadapinya.

“Di dalam bus, orang tidak mau duduk di samping mereka karena mereka mengenakan kerudung.”

Sedangkan Ibby mengaku beruntung karena masuk sekolah dengan murid yang beragam budayanya, yang menurutnya merupakan ‘komunitas yang padu’.

Namun di luar gerbang sekolah, teman-temannya menderita ‘serangan verbal’ oleh orang-orang di jalanan.

“Intervensi dini dibutuhkan sebelum masalahnya menjadi serius,” kata pria 17 tahun tersebut. “Mendidik kaum muda tentang agama, tentang budaya, adalah amat penting.”

Rencana pengajaran untuk proyek ‘melawan kejahatan kebencian’ sudah diuji coba di tiga kota Wales: Swansea, Cardiff, dan Neath.

Jo Bamsey -seorang guru di Sekolah Umum Pentrehafod di Swansea- mengatakan mereka mendapat masukan yang positif dari para murid.

“Ketiga pelajaran dipikirkan dengan matang dan memungkinkan diskusi yang jujur di suasana yang terbuka dan penuh perenungan,” jelasnya.

Sedangkan Fiona Thomas yang mengjar di Sekolah Umum Dwr-y-Felin di Neath, mengatakan: “Materi yang ada membawa pesan jelas kepada para murid kami bahwa sebagai manusia kita semua sama, menikmati main sepak bola, mendengarkan musik, dan main Xbox.”

Bagaimanapun Komisioner Anak Wales, Sally Holland, mengakui ada tantangan yang dihadapi para guru dalam menangani isu-isu yang sensitif.

“Kami tahu para guru kadang merasa tidak yakin dan gugup jika memberi pelajaran untuk topik-topik seperti ini dan saya harap materi ini memberi arahan dan dukungan yang diperlukan untuk para guru.”

Sumber : bbc.com