Qualcomm kembali memenangkan persaingan pasar penjualan system on chip (SoC) di kuartal ketiga tahun 2017. Profit yang dihasilkan dari perusahaan semikonduktor asal AS tersebut senilai US$8 miliar atau sekitar Rp108,3 triliun.
Sekitar 42 persen dari pasar SoC di Q3 tahun lalu berhasil dikuasai Qualcomm. Peringkat kedua diduduki Apple dengan nilai 20 persen untuk total penjualan prosesor perusahaan.
Di nomor tiga, MediaTek mencatatkan pangsa pasar sebesar 14 persen. Diikuti Samsung Exynos, HiSilicon dan Spectrum yang masing-masing memiliki pangsa pasar 11 persen, 8 persen dan 5 persen.
Kombinasi pertumbuhan kebutuhan ponsel pintar serta strategi Qualcomm yang menempatkan dirinya sebagai pembuat chip premier untuk gawai membantu perusahaan mengoleksi 38 persen dari pengiriman SoC ponsel pintar.
Dari tahun ke tahun, bisnis perusahaan disokong dengan pengiriman gawai yang dibanderol US$300 hingga US$400 atau sekitar Rp4-5 juta yang menggunakan SoC tipe tertinggi seperti Snapdragon 400 hingga 600.
Sementara itu, penjualan ponsel di segmen premium yang menurun berdasarkan jika dihitung dari periode kuartal juga tertutup oleh pendapatan tahun ke tahun (YoY) Qualcomm yang tumbuh sebesar 23 persen.
Di sisi lain, penjualan cipset Apple disokong oleh pengiriman iPhone yang meningkat sebesar 4 persen tahun lalu dan 15 persen dari kuartal terakhir.
HiSilicon milik Huawei menjadi produsen chipset kedua yang konsisten dari segi pertumbuhan kuartal dan tahun ke tahun. HiSilicon yang memproduksi prosesor Kirin 970 belakangan mengungguli prosesor Snapdragon 845 milik Qualcomm dalam beberapa uji benchmark. Kirin juga menjadi prosesor pertama yang telah dibekali teknologi kecerdasan buatan (AI).
Sementara itu, direktur Counterpoint Research, Neil Shah, beropini bahwa pasar SoC telah menggeser fokus produsen dalam memproduksi chipset. Produsen tak lagi berfokus pada jumlah inti (core) prosesor, namun bergese ke integrasi teknologi yang bisa mendorong pengalaman baru bagi pengguna.
“Salah satu contohnya pemanfaatan kecerdasan buatan (AR), Virtual Reality (VR) dan Depth Sensing yang menggunakan ISP (Image Signal Processors) terpadu serta GPU yang ditujukan untuk mesin AI, fitur keamanan di tingkat chipset dan pembuka jaringan 5G dan kinerja yang lebih tinggi dengan konsumsi daya yang lebih rendah,” jelas Neil seperti dikutip Gizmo China.
Hal ini dibuktikan dengan langkah Huawei untuk prosesor Kirin 970 yang telah dilengkapi Neural Processing Unit yang memungkinkan AI dihadirkan pada perangkat pintar. Strategi yang sama juga digunakan pada prosesor A11 Fusion yang dikeluarkan Apple dan Snapdragon 845 dari Qualcomm yang siap meluncur awal tahun ini.
Counterpoint Research memperkirakan sepertiga ponsel pintar di tahun 2020 akan dilengkapi fitur AI.