Buletin ISIS bahasa Indonesia, Fatihin, dukung serangan teror Surabaya

0
1102

Menyusul berbagai serangan teror di beberapa tempat belakangan ini, beredar sebuah buletin penuh seruan kekerasan, Al Fatihin, yang ternyata sudah merupakan edisi ke-10.

Isi buletin itu penuh dengan pujian terhadap serangan bunuh diri di tiga gereja Surabaya dan pemberontakan para napi terorisme di Mako Brimob beberapa hari sebelumnya.

Menteri Komunikasi dan Informasi mengaku telah memblokir Fatihin dari jaringan indonesia, sementara menyerukan masyarakat untuk segera menghapusnya kalau menerima kiriman buletin digital itu.

“Sudah ada puluhan versi Al Fatihin yang di dunia maya yang sudah diproses, diblok oleh Kominfo,” kata Menkominfo, Rudiantara kepada wartawan, Jumat (18/5).

“Jadi, sudah puluhan yang sudah diblok, Baik. Baik itu file video sharingfile sharing, messenger juga ada. Juga situs internet,” paparnya pula..

“Itu dibuat dari luar. Kan pakai digital. Itu ada orang Indonesia di Suriah sana,” kata juru bicara Polri Irjen Setyo Wasisto kepada wartawan, di Mabes Polri, Jumat (18/5).

Adapun kepolisian, menurut juru bicaranya, Setyo Wasisto, menyerukan masyarakat untuk tidak ikut menyebarkan buletin itu.

Nggak usah disebarluaskan. Kalau terima, hapus saja,” kata Setyo Wasisto.

Belum jelas apakah akan ada tindakan hukum bagi yang menyebarluaskan, namun Setwo menyiratkan, tindakan pada pembuatnya akan pelik, karena dibuat di Suriah.

“Itu dibuat dari luar, pakai digital. Itu ada orang Indonesia di Suriah sana (yang membuatnya),” kata Seywo Wasisto pula.

sampul Al Fatihin

Hal ini dibenarkan peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia, Solahudin, yang mengatakan bahwa bulletin Al Fatihin itu dibuat oleh para petempur ISIS asal Indonesia yang kini berada di Suriah.

“Orang-orang ISIS di Suriah kan bikin media-media. Nah, Al Fatihin adalah media edisi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang mereka terbitkan di sana,” papar Solahudin kepada Jerome Wirawan dari BBC News Indonesia.

“Ini berbeda dengan buletin lain, seperti ‘Rumiah’ yang memiliki versi Indonesia. Rumiah disusun dalam bahasa Arab, diterjemahkan ke bahasa Inggris, lalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Ada juga Dabiq yang pakai bahasa Inggris lalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia.”

Buletin itu, menurut Solahudin, diterbitkan secara daring kendati terkadang ada yang mencetaknya dan ternyata sudah cukup lama diterbitkan.

“Yang beredar sekarang kan edisi ke-10,” tambah Solahudin.

Yang membuatnya menjadi buletin dengan tata letak adalah petempur ISIS asal Indonesia di Suriah, jelas Solahudin lagi, “Tapi bahan-bahannya dikirim simpatisan mereka dari Indonesia. Mereka kan berkomunikasi,” kata Solahudin.

buletin kekerasan

Al Fatihin, kata Solahudin, ditujukan secara spesifik untuk khalayak Indonesia karena mengandung banyak konten lokal Indonesia, seperti terlihat jelas di Al Fatihin edisi 10 yang baru saja beredar ini.

Laporan utamanya adalah serangan pengeboman di Surabaya, dilengkapi tulisan lain tentang pemberontakan para napi terorisme di Mako Brimob yang menewaskan lima polisi. Ada pula foto Bachtiar Nasir dengan disertai kalimat ‘Ulama Murtad Menangisi Orang-Orang Kafir yang Binasa’.

Pemakaman Ipda Auzar

Di bagian dalam buletin setebal 14 halaman tersebut terdapat pula laporan tentang serangan terhadap Mako Bimob, dengan puja-puji terhadap serangan itu.

Dimuat foto seorang napi terorisme yang tewas dalam kejadian beserta dengan ungkapan penghormatan terhadapnya.

Menurut Solahudin, buletin diedarkan di kalangan para simpatisan ISIS di Indonesia, sebagai media informasi dan propaganda mereka.