Berdasarkan laporan OpenSignal beberapa waktu lalu soal kecepatan tiap operator di enam kota di Indonesia, tampak kecepatan unggah dan unduh yang berbeda jauh. Rata-rata operator memiliki kecepatan unduh yang jauh lebih cepat ketimbang kecepatan unduh.
Pada dasarnya, perbedaan antara kecepatan mengunduh dan mengunggah seharusnya tak terpaut jauh. Jika sebuah jaringan operator mampu mengunduh dengan cepat, maka ia pun dapat mengunggah dengan cepat.
Namun, operator bisa mengatur berapa persen kapasitas jaringan yang diberikan untuk mengunduh dan berapa sisanya yang diberikan untuk mengunggah. Hal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
Masalahnya, sebagian besar lalu lintas pengguna digunakan untuk mengunduh. Itulah yang menjadi alasan mengapa operator memberi proporsi lebih besar untuk kecepatan unduh mereka ketimbang kecepatan unggah.
Dengan demikian pengguna bisa lebih nyaman saat melakukan browsing, mengakses media sosial, mengunduh gambar, dan melakukan streaming video.
Padahal saat ini kebutuhan pengguna untuk mengunggah gambar dan video juga semakin besar. Terutama dengan makin banyaknya layanan yang menyediakan layanan tayangan live, unggahan video lewat Stories, atau lainnya.
Namun, ada sebuah teknologi lain bernama Time Division Duplexing (TDD) yang menggunakan spektrum yang sama untuk mengunduh dan mengunggah secara asimetris.
Dikutip dari Digital Trends, teknologi TDD memungkinkan operator untuk mengatur proporsi jeda waktu yang diperlukan untuk mengunduh dan mengunggah, karena kedua aktivitas ini terdapat dalam satu spektrum, seperti disebutkan oleh OpenSignal.
Hingga saat ini, operator di Indonesia yang sudah menggunakan teknologi TDD antara lain adalah Telkomsel, Smartfren, dan Bolt.
Sementara teknologi lain untuk menentukan kecepatan unduh dan unggah adalah Frequency Division Duplexing (FDD). Teknologi ini menggunakan dua spektrum terpisah untuk menyediakan saluran unggah dan unduh. Indosat, XL, dan Tri masih menggunakan teknologi ini.