Angsa Liar Arktik Terancam Karena Suhu yang Meningkat

0
1118

Meningkatnya suhu di Arktik mendorong angsa Barnacle mempercepat migrasi mereka ke utara setiap musim semi, kata sebuah studi baru.

Tetapi upaya mereka untuk pergi lebih cepat membuat mereka terlalu lelah untuk bertelur lebih awal ketika mereka tiba.

Ini adalah berita buruk bagi spesies karena saat anak mereka menetas maka akan terlambat untuk mencari makanan terbaik, jadi lebih sedikit yang bertahan hidup.

Para ilmuwan yang terlibat mengatakan burung harus beradaptasi dan bermigrasi lebih awal.

Setiap musim semi, angsa-angsa ini berangkat dari Laut Utara, sering berhenti di Baltik untuk beristirahat dalam perjalanan mereka menuju daerah perkembangbiakan mereka di Arktik Rusia.

Namun perubahan iklim ketikat musim semi tiba lebih awal di Kutub Utara, sesuatu yang tidak disadari para angsa, sampai sekitar setengah perjalanan mereka.

“Penghijauan vegetasi saat mereka terbang mungkin memberi mereka informasi tentang musim semi – karena mereka melihat hal-hal yang lebih hijau itulah isyarat bagi mereka untuk bergegas, itulah yang kami pikirkan,” kata penulis Bart Nolet dari Institut Ekologi Belanda kepada BBC. .

Dalam ketergesa-gesaan mereka, angsa-angsa itu tidak melakukan jalan memutar ke Baltik tempat mereka biasanya beristirahat. Ini menjadi keadaan buruk bagi ketika akhirnya tiba di Rusia.

“Para betina mengerami telur selama tiga minggu hampir berturut-turut, jadi dia benar-benar perlu tiba di sana dengan cukup banyak tenaga – tetapi dengan melewatkan tempat beristirahat dia tiba dengan terlalu sedikit cadangan tenaga untuk segera mulai bertelur,” kata Prof Nolet.

Biasanya angsa menetas sebelum musim semi dan dapat mengambil keuntungan dari apa yang para ilmuwan sebut sebagai “makanan puncak”, ketika kualitas dan kuantitas mencari makan berada di titik tertinggi. Karena mereka sekarang kehilangan momen ini, lebih sedikit angsa yang bertahan selama musim panas.

Salah satu solusi masalah ini adalah mencari makan dengan bantuan cahaya bulan.

“Mereka bisa melakukan itu jika mereka mencari makan di malam yang diterangi cahaya bulan seperti yang kadang-kadang mereka lakukan,” kata Prof Nolet.

“Mereka kemudian akan dapat tenaga lebih awal dan berangkat lebih awal dan itu akan memecahkan masalah ini,” katanya.

Studi ini telah diterbitkan dalam jurnal, Current Biology.