Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengumumkan dakwaan pidana terhadap dua peretas komputer yang disebut bekerja untuk badan intelijen Cina.
Zhu Hua dan Zhang Shilong dituduh meretas jaringan komputer di Amerika Serikat dan negara-negara sekutu AS untuk mencuri rahasia teknis dan komersial.
Mereka dikenal sebagai bagian dari “kelompok peretas” dengan sebutan Advanced Persistent Threat 10. Demikian bunyi dakwaan Departemen Kehakiman AS yang diumumkan oleh Wakil Jaksa Agung, Rod Rosenstein, pada Kamis (20/12).
Dikatakan Rod Rosenstein bahwa Cina telah melanggar perjanjian tahun 2015 yang mewajibkan negara itu tidak terlibat dalam espionase siber komersial.
Lebih lanjut Rosenstein mengatakan dakwaan AS ini telah dikoordinasikan dengan sekutu-sekutunya di Eropa dan Asia untuk menolak “agresi ekonomi Cina”.
“Kami ingin Cina menghentikan aktivitas-akvititas siber yang ilegal,” tegas Rosenstein.
Zhu Hua dan Zhang Shilong dilaporkan berada di Cina saat ini dan belum ditangkap.
Mereka bekerja untuk perusahaan Huaying Haitai dan memiliki kaitan dengan Kementerian Keamanan Negara Cina. Demikian isi dokumen yang diserahkan ke pengadilan.
Di luar jangkauan AS
Biro Penyelidik Federal (FBI) mengatakan sejak setidaknya 2006 hingga 2018, kedua orang itu meretas sistem komputer dalam skala besar dengan tujuan mencuri kekayaan intelektual, informasi bisnis dan teknologi rahasia dari:
- setidaknya 45 perusahaan teknologi pertahanan dan komersial di paling tidak 12 negara bagian AS
- menangani para penyelenggara jasa internet dan klien mereka dari sektor swasta dan pemerintah di sekurang-kurangnya 12 negara, termasuk Inggris, Brasil, Kanada, Prancis, Jerman, India, Jepang, Swedia, Swiss, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat
- Lembaga-lembaga pemerintah AS
Menurut FBI, mereka juga meretas sistem komputer Angkatan Laut AS dan mencuri data pribadi lebih dari 100.000 personel.
Namun, kata Direktur FBI Christopher Wray, baik Zhu Hua maupun Zhang Shilong, saat ini “berada di luar wilayah yurisdiksi AS”.
Pemerintah Inggris mengatakan turut meminta tanggung jawab pemerintah Cina atas upaya global untuk mencuri rahasia komersial.
“Kampanye ini adalah salah satu intrusi siber paling signifikan dan paling luas terhadap Inggris dan sekutu-sekutu yang pernah terkuak sejauh ini, menyasar rahasia dagang dan ekonomi di seluruh dunia,” kata Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt.