Hidup di negara tropis termasuk Indonesia membuat penduduknya kaya akan ‘siraman’ sinar matahari.
Namun sinar matahari ini memiliki keuntungan sekaligus kerugian tersendiri bagi kesehatan. Bicara soal kerugian, sinar matahari berarti juga terpapar sinar ultraviolet yang berbahaya untuk kulit.
Tak cuma bahaya untuk kulit, nyatanya sinar ultraviolet ini juga jadi faktor risiko timbulnya katarak. Katarak terjadi saat kondisi lensa mata keruh sehingga mengganggu aktivitas bahkan kebutaan.
Dokter Setiyo Budi Riyanto, Kepala Bedah Refraktif sekaligus Direktur Utama Jakarta Eye Center (JEC) Menteng menuturkan, buta tak selalu penglihatan jadi gelap total. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), lanjut dia, buta merupakan kondisi penglihatan yang terbatas maksimal tiga meter.
“Terakhir menurut Kementerian Kesehatan, jumlah kasus kebutaan sebanyak 2,25 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia dan ini akibat katarak,” kata pria yang akrab disapa Budi ini di JEC Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/2).
Katarak juga bisa digolongkan sebagai penyakit degeneratif karena berkaitan dengan usia. Namun Budi menampik jika penyakit ini sepenuhnya akibat dari pertambahan usia. Sebab, seiring berjalannya waktu usia pasien yang mengalami keluhan katarak semakin muda.
Katarak dulu dialami mereka yang berumur kepala enam. Kini yang kepala lima pun juga sudah mengalami katarak. “Mereka yang sering beraktivitas di luar ruangan (dan tidak mengenakan kacamata antisinar UV) kena di umur kepala empat,” imbuh dia.
Akan tetapi, pasien katarak tak perlu khawatir apalagi takut dengan prosedur terapi katarak. Dengan laser, masalah katarak bisa diatasi tanpa melibatkan pisau bedah.
Budi menuturkan, teknologi laser untuk bedah katarak dipraktikkan di dunia kesehatan mata sejak 2007 silam. Kemudian baru pada 2012 teknologi ini masuk ke Indonesia khususnya JEC Kedoya, Jakarta Barat. Hingga kini, rumah sakit ini diklaim sebagai satu-satunya rumah sakit yang menyediakan terapi laser.
Operasi katarak berbasis laser atau Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS) adalah operasi tanpa pembedahan dengan pisau, tindakan cepat, minim risiko dan proses penyembuhannya cepat. Tindakan FLACS setidaknya butuh waktu sekitar 10-15 menit.
Pasien terlebih dahulu dibius topikal atau tetes, baru mata kemudian diblok dengan suatu alat. Mulai dari sini komputer bekerja memindai informasi mata pasien termasuk ketebalan kornea, kapsul lensa dan mengunci letak kapsul lensa.
Karena katarak berkaitan dengan kondisi keruh pada lensa mata atau tepatnya massa lensa, maka pertama laser bertugas membuat insisi atau luka pada kapsul lensa sebagai jalan masuk alat. Tugas kedua, laser akan memotong massa lensa yang keruh menjadi enam bagian. Alat kemudian masuk, menghancurkan massa lensa dan diaspirasi (dihisap).
Tahap terakhir, dokter akan memasang lensa tanam atau intraocular lens (IOL). Lensa ini jadi lensa baru pasien sehingga pasien bisa melihat dengan jernih.
Setelah operasi, mata pasien tidak ditutup perban. Pasien sudah bisa melihat seperti biasa. Hanya saja, kata Budi, mungkin ada rasa mengganjal karena produksi air mata berkurang drastis setelah tindakan.
“Saat mengedip, rasanya ada yang mengganjal, tidak apa-apa, itu diberi tetes mata saja,” kata Budi.
Pascaoperasi, pasien akan beristirahat selama kurang lebih 1-2 jam lalu diperbolehkan untuk kembali dan beraktivitas. Lensa tanam sudah dilengkapi korektor yang membantu pasien melihat jarak dekat, medium dan jarak jauh.
Jika ini operasi manual, pasien akan memerlukan korektor berupa kacamata untuk membantu pasien membaca karena lensa berjenis monofokal. Kini penggunaan lensa multifokal memungkinkan koreksi untuk semua masalah baik minus, plus dan silinder.
Hal ini tak akan didapat jika pasien melakukan operasi manual. Proses operasi melibatkan pisau bedah sehingga ada jahitan pascaoperasi. Operasi manual pun memiliki risiko infeksi dan astigmatisma atau silinder. Ini pun berimbas pada biaya tindakan sebesar Rp28-30 juta per mata. Namun, tampaknya ini sepadan.
“Yang penting, setelah operasi (FLACS) mata jangan sampai terkena air. Aktivitas apapun boleh, main ponsel, nonton televisi, aktivitas luar ruangan boleh. Mengucek pun boleh asal tidak berlebihan,” ujarnya.
Sumber : CNN [dot] COM