Meski mengalami penurunan penjualan, tidak mudah bagi Apple untuk memangkas harga iPhone atau mengeluarkan versi murahnya. Selain masalah mempertahankan gengsi, ada persoalan lain yang mereka hadapi.
“Dengan pasar smartphone dan tablet mengalami stagnasi dan tidak ada produk kategori baru yang panas seperti mobil atau kacamata Augmented Reality dalam jangka pendek, Apple perlu tetap meningkatkan profit demi investor dengan menaikkan harga jual rata-rata,” tulis Sascha Segan, kolumnis teknologi PCMag.
“Kita telah melihat hal itu di iPhone di mana harganya dari USD 499 menjadi USD 1.099 dalam beberapa tahun. Kita melihatnya pula di Mac dan bahkan di iPad dalam jangka panjang,” papar dia.
Memang ada iPad seharga USD 329 yang ditujukan untuk melawan Chromebook di dunia pendidikan. Akan tetapi ada kompensasinya dengan rilis iPad Pro berharga lumayan mahal.
Dengan fenomena itu, sulit diharapkan Apple bakal merilis versi baru produk murahnya, sebut saja iPhone SE 2 atau iPod Touch. Padahal peminat produk itu lumayan banyak karena form factor yang kompak.
“Wall Street tidak menyukai perangkat iOS yang kecil, segar dan tidak mahal. Dan di sistem ekonomi kita, Wall Street itulah yang membuat keputusan,” pungkas Segan yang dikutip detikINET.
Setelah menggebrak dunia dengan iPod, iPhone dan iPad, praktis memang belum ada produk terobosan baru yang dirilis Apple. Sehingga untuk mempertahankan profit dan pendapatan, mereka terus menaikkan harga.