Rusia telah meluncurkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terapung yang akan berlayar sejauh 5.000 km dari pelabuhan Murmansk, Kutub Utara ke Chukotka di timur jauh.
Badan nuklir Rosenergoatom menyatakan, karena Akademik Lomonosov dapat bergerak, PLTN ini bisa meningkatkan pasokan ke daerah-daerah terpencil.
Salah satu tujuannya adalah memang untuk memasok kompleks pertambangan Chaun-Bilibin di Chukotka, termasuk pertambangan emas.
Tetapi Greenpeace memandang PLTN ini sangat berisiko jika dioperasikan pada lingkungan bercuaca buruk.
Para pengecamnya, termasuk Greenpeace, menekankan sejumlah kecelakaan nuklir Rusia dan Soviet yang terjadi sebelumnya dan memperingatkan misi Akademik Lomonosov akan meningkatkan risiko mencemarkan Kutub Utara – daerah yang jarang penduduk dan terpencil, tanpa fasilitas pembersih lingkungan besar.
Peluncuran kapal dilakukan hanya dua minggu setelah mesin tenaga nuklir meledak pada uji coba angkatan laut Rusia di Kutub Utara, menewaskan lima teknisi nuklir dan menyebarkan radiasi, meskipun bencana Chernobyl tahun 1986 jauh lebih buruk.
Bahan bakar radio aktif tinggi PLTN akan disimpan di atas kapal. Rancangan sejenis akan menyusul untuk melayani daerah-daerah terpencil.
Akademik Lomonosov juga dijadwalkan memasok listrik untuk alat pengebor minyak lepas pantai Rusia di Kutub Utara. Pemikiran lainnya adalah menggandengkannya dengan pusat desalinisasi untuk menghasilkan air tawar. Di masa depan negara kepulauan tersebut akan diuntungkan dari pembangkit listrik.
Jalur Laut Utara yang menghubungkan Rusia Eropa dengan berbagai pelabuhan di timur jauh menjadi lebih dapat dilayari karena berkurangnya balok-balok es akibat pemanasan global.
Tiga kapal akan menarik PLTN ke Pevek, di mana pembangkit tersebut dijadwalkan tiba pada akhir bulan September. Jika cuaca baik, kapal akan berlayar dengan kecepatan 4-5 knots atau 7-9 km/jam.
Lomonosov dibuat di St Petersburg dan memiliki dua pembangkit nuklir seperti yang dipakai pada penghancur es Rusia. Pembangkit KLT-40S ini memiliki kapasitas keseluruhan sebesar 80 megawatt dan dikabarkan tahan tsunami.
Media berita Rusia, Vesti, melaporkan PLTN ini dapat menerangi dan menghangatkan sebuah kota berpenduduk 100.000 orang. Awak kapal diperkirakan sebanyak 70 orang.
Panjang PLTN terapung ini adalah 140 m, lebar 30 m dan diperkirakan dapat beroperasi selama 40 tahun.
Dari tahun 1968 – 1976, militer AS menggunakan PLTN terapung, MH-1A Sturgis, di Kanal Panama untuk kegiatan di sana. Kapal itu diubah dari kapal barang Perang Dunia Kedua dan kemudian dinonaktifkan.