Penembakan Di Sekolah AS: Dua Siswa Tewas, Pelaku Remaja Introver yang “Cerdas”

0
724

Dua orang siswa tewas, sementara tiga lainnya terluka setelah seorang pelaku bersenjata api meletuskan tembakan di sebuah SMA di California, Amerika Serikat, kata petugas kepolisian setempat.

Penembakan terjadi di SMA Saugus di Santa Clarita, sebelah utara Los Angeles, beberapa menit sebelum jam belajar-mengajar dimulai.

Pelaku yang merupakan remaja lelaki berusia 16 tahun, yang turut terluka, telah ditahan.

Beberapa tahun terakhir, banyak sekolah di AS yang telah menggelar latihan aksi penembakan setelah banyaknya kasus penembakan di lingkungan sekolah negara tersebut.

Apa yang diketahui tentang penembakan itu?

Penembakan itu pertama kali dilaporkan pukul 07.38 pagi waktu setempat (19.38 WIB), kata sherif wilayah Los Angeles, Alex Villanueva, saat konferensi pers.

“Dalam beberapa detik kami menerima sejumlah panggilan (darurat),” ujarnya, menambahkan bahwa unit kepolisian pertama tiba di lokasi dua menit setelah kejadian.

Polisi menemukan enam korban menderita luka tembak dan membawa mereka ke rumah sakit setempat – kemudian diketahui bahwa sang pelaku merupakan salah satu korban luka itu, kata Villanueva.

Dua korban – siswi berusia 16 tahun dan siswa berusia 14 tahun – tewas akibat luka yang diderita, kata polisi. Sementara korban lainnya adalah dua remaja putri berusia 15 dan 14 tahun, serta seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun.

Pelaku “diketahui merupakan laki-laki berusia 16 tahun yang berulang tahun hari ini”, kata pakar senjata api Kapten Kent Wegener. Ia disebut sejumlah media AS bernama Nathaniel Berhow.

Associated Press mengutip seorang siswa bernama Brooke Risley yang mengatakan bahwa pelaku merupakan pribadi yang introver namun “pada dasarnya cerdas”, menambahkan bahwa ia memiliki seorang kekasih dan pernah menjadi seorang anggota Pramuka.

Menurut rekaman CCTV, pelaku mengambil pistol dari dalam ranselnya dan menembak lima siswa, sebelum menembak dirinya sendiri.

Senjata yang ditemukan adalah sebuah pistol semi otomatis kaliber 45 yang sudah kosong, tambah Wegener.

Polisi mengatakan bahwa mereka telah menemukan rumah pelaku dan akan melakukan penggeledahan untuk mencari barang bukti.

Seperti apa pengalaman para siswa ketika kejadian?

SMA Saugus dan sekolah lain di sekitarnya langsung ditutup (lockdown) ketika insiden terjadi. Penutupan pun diakhiri tiga jam kemudian.

Wakil sherif LA Tim Murakami mencuit di akun Twitternya bahwa polisi akan mewawancara seluruh siswa SMA Saugus sebelum mengembalikan mereka kepada orang tua masing-masing.

Ia menambahkan bahwa mereka akan menyelidiki rumor yang menyebut bahwa pelaku telah mengunggah postingan bernada ancaman di media sosial.

Seorang siswa mengatakan kepada NBC bahwa ia sedang mengerjakan PR ketika orang-orang mulai berlarian. “Saya sangat, sangat takut. Saya gemetaran,” katanya.

Siswa lainnya yang bernama Azalea mengatakan kepada CBS, ia dan teman-teman sekelasnya langsung menghalangi pintu kelas dengan kursi-kursi.

“Rasanya sangat mengerikan, di mana semua orang panik dan menelepon orang tua mereka masing-masing yang mengatakan bahwa mereka menyayangi kami.”

Berita penembakan itu mengemuka di tengah debat Senat AS tentang undang-undang pengaturan senjata api.

Senator Richard Blumenthal, dari Partai Demokrat, tengah menyampaikan pembelaannya atas pentingnya pengaturan senjata api ketika ia kemudian diberitahu tentang berita tersebut.

“Kita ikut terlibat jika kita tidak melakukan apa-apa,” katanya. “Ini bukan cuma soal tanggung jawab politik, ini soal kewajiban moral.”

Sementara itu, pelaksana tugas Sekretaris Keamanan Dalam Negeri, Chad Wolf, mengatakan dalam pernyataannya bahwa departemennya menangani kasus penembakan di sekolah “dengan sangat serius” dan akan membantu pihak berwenang “mengembangkan pelatihan dan sumber daya untuk meningkatkan kemampuan cepat tanggap dan melindungi sasaran empuk dengan lebih baik”.

Pengaturan senjata api dan hak untuk memiliki senjata api menjadi isu politik yang memecah belah AS. Sekitar 40% warga Amerika mengatakan bahwa mereka memiliki senjata api atau tinggal di rumah yang menyimpannya, menurut survei tahun 2017. Angka pembunuhan oleh senjata api di AS pun merupakan yang tertinggi di antara negara maju lainnya.

Menurut laporan Washington Post, lebih dari 230.000 anak muda di AS pernah mengalami aksi kekerasan yang melibatkan senjata api di sekolah mereka sejak terjadinya penembakan massal di SMA Columbine di Colorado tahun 1999.