Penyelidikan internasional terhadap jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 yang menewaskan seluruh penumpangnya, termasuk 12 warga negara Indonesia, menunjukkan bahwa pejabat tinggi Rusia mengarahkan kelompok separatis di timur Ukraina terkait penembakan pesawat tersebut.
Para penyelidik menuduh seorang pembantu Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kontak rutin dengan para pemimpin kelompok pemberontak.
Seluruh awak dan penumpang pesawat sejumlah 298 orang terbunuh ketika sebuah rudal ditembakkan dan mengenai pesawat di atas daerah kekuasaan pasukan pemberontak pada 17 Juli 2014 lalu.
Kementerian Luar Negeri Rusia membantah temuan terbaru itu.
Juru Bicara Maria Zakharova mengatakan, para penyelidik internasional telah memanipulasi penyelidikan agar sesuai dengan kesimpulan awal yang telah ditentukan.
Penyelidik telah mendakwa empat orang, termasuk seorang kepala pertahanan kelompok separatis. Para tersangka akan diadili, kemungkinan tanpa menghadiri persidangan (in absentia), pada April 2020.
Apa kata penyelidik?
Tim penyelidik yang bermarkas di Belanda itu belum mengaitkan pemerintahan Rusia secara langsung dengan penyerangan pesawat tersebut, namun mereka mengatakan bahwa hasil sadapan telepon menunjukkan adanya kontak yang terjalin dengan dua dari empat tersangka yang sudah didakwa dengan tuduhan pembunuhan terhadap para penumpang dan kru pesawat.
Meskipun MH17 tidak disebut-sebut dalam rekaman telepon yang diberikan intelijen SBU Ukraina, para penyelidik meyakini bahwa pejabat Moskow mengetahui kejadian itu dan memiliki pengaruh atas “masalah administratif, finansial dan kemiliteran” kelompok pemberontak yang menyebut diri sebagai Republik Rakyat Donetsk (DPR).
Penyelidikan itu sebelumnya mengungkap bahwa sistem peluncuran rudal Bukh Telar berasal dari Brigade Rudal Anti-Pesawat ke-53 milik Rusia yang terletak di Kursk.
Kini mereka meminta lebih banyak saksi untuk maju.
Siapa yang dimaksud dengan para pejabat tinggi Rusia?
Tim penyelidik menyebut Vladislav Surkov, mantan ahli strategi dan wakil perdana menteri Kremlin, dan Sergey Aksyonov, orang yang ditugasi mengurus Krimea saat wilayah itu masih diduduki dan dianeksasi Rusia beberapa bulan sebelumnya.
Mereka mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu juga disebut dalam sejumlah panggilan telepon yang disadap.
“Indikasi kedekatan hubungan antara para pejabat pemerintahan Rusia dengan para pemimpin DPR memancing berbagai pertanyaan tentang kemungkinan keterlibatan mereka dalam penerjunan (sistem peluncuran rudal) Buk Telar yang menjatuhkan pesawat MH17 pada 17 Juli 2014,” kata Andy Kraag, kepala divisi investigasi kriminal kepolisian Belanda.
Apa isi percakapan telepon yang disadap?
Dua nama tersangka yang sudah didakwa disebut-sebut dalam percakapan telepon yang disadap. Igor Girkin disebut sebagai menteri pertahanan di DPR, dan menurut para jaksa penuntut, Sergei Dubinsky adalah wakilnya.
Para pemimpin DPR selalu menekankan bahwa mereka adalah relawan yang tidak diarahkan oleh siapapun, tetapi tim penyelidik mengatakan bahwa pihaknya telah berbicara dengan sejumlah saksi yang menyatakan bahwa tokoh-tokoh kunci DPR diarahkan dari Rusia.
Mereka mengatakan bahwa pemimpin DPR, Alexander Borodai terekam mengatakan: “Saya melaksanakan perintah dan melindungi kepentingan satu-satunya negara, Federasi Rusia. Itu yang terpenting.”
Mereka juga mengutip Borodai yang tampaknya berbicara dengan Vladislav Surkov dua minggu sebelum bencana MH17 membicarakan tentang bala bantuan Rusia.
Penyelidik meyakini bahwa para pemimpin kelompok pemberontak dilengkapi layanan keamanan FSB Rusia dengan telepon-telepon aman yang tidak bisa disadap dan beroperasi menggunakan jaringan internet, yang tampaknya dijuluki “si kaca”.
Sergei Dubinsky dituduh menelepon seseorang bernama Semenov dan mengatakan: “Itu semua adalah telepon khusus, Anda tidak bisa membelinya. Mereka diperoleh lewat Moskow. Lewat FSB.”
Meskipun empat orang telah didakwa dan akan diadili bulan April nanti, kemungkinan tanpa menghadiri persidangan secara langsung (in absentia), diperkirakan lebih banyak bukti bisa muncul dari para petinggi pemberontak di DPR.
Tujuan tim penyelidik adalah untuk menemukan siapa yang pada akhirnya menekan tombol yang menembak jatuh pesawat MH17 dengan rute Amsterdam-Kuala Lumpur itu, dan siapa yang bertanggung jawab.
Ke-298 orang yang tewas termasuk di antaranya 193 warga negara Belanda, 43 warga Malaysia, 27 warga Australia, 12 WNI, 10 warga Inggris, empat warga Belgia, empat warga Jerman, tiga warga Filipina, seorang warga Selandia Baru dan satu warga Kanada.
Rusia berpendapat bahwa investigasi dan persidangan yang dilakukan bertujuan untuk mendiskreditkan negaranya di mata masyarakat internasional.