Pakar soal Medsos Andalkan AI Imbas Corona: Akan Banyak Error

0
698

Perusahaan raksasa teknologi Google Alphabet, YouTube, Facebook hingga Twitter memutuskan untuk mengandalkan automasi kecerdasan buatan (AI) dalam melakukan penyaringan konten dalam platform usai penyebaran virus corona semakin mengkhawatirkan.

Ketiga perusahaan telah memberlakukan kerja dari rumah (work from home/WFH), sehingga memutuskan untuk mengandalkan AI untuk menyaring konten tanpa campur tangan manusia.

Pakar keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya mengatakan AI akan mengalami error akibat pegawai bekerja dari rumah.

Alfons menjelaskan sesungguhnya pegawai platform media sosial pasti akan membantu AI meski bekerja dari rumah. Hanya saja waktu responnya akan semakin melambat untuk membantu AI dalam melakukan penilaian.

“Error pertama adalah terlalu ketat, di mana konten yang sebenarnya tidak mengandung bahaya dianggap sebagai bahaya dan diblokir,” ujar Alfons.

Alfons memprediksi aturan konten yang dilakukan AI akan semakin ketat. Hal ini pernah dialami oleh perusahaan Alfons saat mengunggah artikel tentang virus komputer. Facebook langsung memblokir artikel kata dan tautan tentang virus tersebut.

Alfons menjelaskan kemungkinan error kedua adalah terlalu longgar membatasi konten. Konten yang sebenarnya mengandung informasi berbahaya dirancang sedemikian rupa untuk mengelabui AI sehingga bisa lolos dari pantauan AI.

“Dipastikan konten tersebut akan merajalela dan hanya bisa diidentifikasi oleh manusia,” kata Alfons.

Dihubungi terpisah, Pengamat TIK CISSRec Pratama Persadha mengatakan AI milik media sosial tersebut akan berjalan kurang optimal tanpa campur tangan dari manusia. Bagi Pratama, penilaian atau peninjauan dari manusia tentu akan lebih baik dari penilaian AI.

“AI memang bagus, mempermudah kita bekerja, namun ‘taste’ manusia jelas belum bisa digantikan oleh mesin,” kata Pratama.

Oleh karena itu berbagai platform media sosial menyediakan opsi banding setelah sebuah konten diblokir oleh media sosial. Misalnya Facebook tetap membuka ajuan banding yang akan dinilai oleh manusia yang berperan sebagai pengulas konten apakah melanggar kebijakan atau tidak.

“Pada akhirnya sistem akan kembali tergantung pada manusia,” kata Pratama.

Terkait hal itu, Alfons mengatakan tentu platform media sosial akan dibanjiri protes pengguna akibat pemblokiran yang salah sasaran. Terkait konten hoaks, sebaiknya pihak berwenang bisa berkoordinasi dengan media sosial untuk membahas keberadaan misinformasi dan hoaks.

Alfons menyarankan agar pihak pemantau hoaks seperti Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), hingga Kementerian Komunikasi dan Informatika  bisa aktif melaporkan ke media sosial apabila ada berita hoaks yang lolos di media sosial.

Sebelumnya, perusahaan raksasa teknologi di dunia juga  bersatu untuk memerangi penipuan dan berita hoaks terkait corona.

Perusahaan yang terlibat adalah Facebook, Google, LinkedIn, Microsoft, Reddit, Twitter, dan Youtube. Ketujuh perusahaan mengirimkan penyataan bersama terkait komitmen tersebut.

Sumber : CNN [dot] COM