Negara-negara di kawasan Teluk – Iran dan enam negara Arab di Teluk – akan keluar dari pandemi virus corona sebagai negara-negara yang “lebih lemah, kekayaannya berkurang dan rusak”, kata Menteri Negara Uni Emirat Arab, Dr Anwar Gargash.
Dalam wawancara dengan BBC dari Abu Dhabi, ia mengatakan jawaban atas masalah itu adalah kawasan Teluk harus berusaha mengurangi ketegangan.
Uni Emirat Arab (UEA), salah satu negara paling kaya di dunia, membuat persiapan sejak awal dalam mengantisipasi serangan pandemi, dengan cara membeli tes kit dan menggerakan produksi masker wajah.
Dari keseluruhan sembilan juta penduduk UEA, sejauh ini tercatat 23.356 kasus dan 220 kematian.
Iran, di seberang perairan Teluk, adalah negara yang paling buruk mengalami pandemi di kawasan itu. Iran melaporkan 122.000 kasus positif dan lebih dari 7.000 kematian. UEA telah mengirimkan bantuan ke Iran dan juga ke Inggris.
“Kami tahu pada bulan Januari lalu bahwa pandemi ini akan menyebar ke kawasan ini, bahwa penyakit itu tidak hanya akan terpusat di China, jadi kami cepat-cepat membuat persiapan,” kata Dr Gargash.
Pada akhir Januari, menurutnya, penasihat keamanan nasional UEA memperingatkan bahwa pandemi yang menyebar tersebut akan membayang-bayangi masalah perang yang berkecamuk di Yaman.
Uni Emirat Arab turut terlibat dalam perang di Yaman dengan mengirimkan pasukan untuk memerangi kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran selama bertahun-tahun sebelum mengurangi skala keterlibatannya.
Karena virus corona sekarang menjadi musuh bersama, Dr Gargash mengatakan faktor itu diharapkan akan mengarah ke de-eskalasi terkait beberapa sengketa dan ketegangan yang terjadi.
Misalnya, Yaman telah mengalami perang saudara selama lebih dari lima tahun yang menyeret negara-negara lain turut berperang di wilayah negara itu dan mengacau balaukan pelayanan kesehatan yang sudah rapuh.
Keharusan mengenakan masker
Uni Emirat Arab, seperti negara-negara lain di Teluk, tergantung pada banyak pekerja migran terutama dari negara-negara lebih miskin di Asia Selatan.
Banyak di antara mereka tinggal berjejal-jejal atau tinggal sekamar beramai-ramai, dan satu kawasan di Dubai, kota kedua di Uni Emirat Arab, pada awalnya menunjukkan angka infeksi yang tinggi sehingga terpaksa diisolasi dan dibersihkan sebelum dibuka lagi.
Pemakaian masker menjadi keharusan di mana saja.
“Kita menjadi terbiasa dengannya,” kata James, seorang warga negara Inggris yang tinggal di Dubai. “Saya merasa lebih aman dengan mengenakan masker dan banyak dilakukan pengetesan. Polisi rahasia ada di mana-mana [sehingga warga patuh].”
Setiap hari pihak otorita setempat melakukan 30.000-40.000 tes dengan menggunakan tes usapan hidung dan terjadi sekitar 700 infeksi baru setiap hari.
UEA merintis penelitian terapi sel punca yang sejauh ini telah diberikan kepada 73 pasien, dan menurut Dr Gargash hasilnya menggembirakan.
“Ada pasien di ICU [ruang rawat intensif] dalam keadaan koma,” katanya. “Setelah mendapat perawatan, mereka sembuh.”
Dr Gargash yakin pandemi Covid-19 ini akan membuka investasi besar untuk teknologi perawatan kesehatan – termasuk intelijen buatan- tetapi pandemi juga menyebabkan pengetatan anggaran.
“Tantangan terbesar adalah ekonomi. Kami mengalami dampak ganda akibat pandemi dan penurunan harga minyak .”
Pemeritah di negara-negara Teluk, katanya, akan dinilai dari bagaimana mereka mengatur langkah-langkah pengetatan yang akan diambil.