Dengan tawaran akses internet yang super kencang, 5G dinilai untuk saat ini belum cocok untuk pelanggan personal. Diimingi kuota 30 GB, pelanggan pun masih mikir-mikir untuk memakainya.
Begitu pernyataan VP Technology Relations Smartfren Munir Syahda Prabowo terkait perkembangan terkini layanan 5G di Indonesia. Jaringan generasi kelima itu masih dikaji pemerintah dan belum hadir di Indonesia.
“Untuk frekuensi 5G, kita masih tunggu pemerintah yang sedang mengkaji, mempersiapkan dan segala macam. Itu juga tantangan alokasi yang tepat karena frekuensi banyak digunakan. Butuh studi mendalam dan pemerintah sadari itu,” ujar Munir dalam acara virtual Techtalk Smartfren Comunnity, Rabu (17/6/2020).
Tantangan dalam mengembangkan layanan 5G di Indonesia juga menyangkut nilai investasi yang harus digelontorkan operator seluler. Menurut Munir, nilai investasi itu sangat mempengaruhi.
Pada kesempatan ini juga, Munir menegaskan bahwa layanan 5G bukanlah pengganti dari 4G. Melainkan kedua jaringan tersebut merupakan pelengkap.
“Pada prinsipnya 5G itu bukan menggantikan 4G, tapi complementary, menjadi pendamping,” ungkapnya.
Dan satu hal yang perlu diperhatikan bagi para pelanggan seluler, akses 5G saat ini dinilai belum cocok untuk pelanggan personal. Artinya, jaringan ini yang menawarkan kecepatan internet seluler di angka 1 Gbps lebih itu diperuntukkan sektor industri dalam menggerakkan robot dan lainnya.
“Apakah (5G) ini layak untuk pelanggan personal seperti kita-kita ini. Data saja diberi 30 GB masih mikir-mikir. Kalau kecepatan sudah 1 Gbps itu minimal menghabiskan 100 GB dalam sehari, dua hari,” jelasnya.