Warisan Semangat Jenghis Khan Membawa Mongolia Tidak Mencatat Kematian Akibat Virus Corona

0
501

Mongolia dikenal sebagai salah satu negara terakhir yang memiliki kebudayaan nomadik, negara yang terletak antara dua raksasa, China dan Rusia.

Dan hingga saat ini, akan disebut sebagai negara yang berhasil menerapkan strategi melawan pandemi Covid-19.

Mongolia punya rekor luar biasa. Sejak pandemi melanda, negara ini belum mencatat satu kasus pun penularan lokal di negara dengan penduduk 3,2 juta itu.

Hingga Jumat (17/07), Mongolia hanya mencatat 262 kasus positif Covid-19 dan tak satu pun warga di sana meninggal akibat virus corona, menurut data Johns Hopkins University.

Dari jumlah tersebut, 209 dinyatakan sembuh.

Berbagai laporan menyebutkan semua kasus berasal dari warga asing atau dari warga yang pulang dari luar negeri.

Mongolia berbatasan dengan Rusia di sisi utara dan China di sisi selatan, negara yang pernah menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus terbanyak.

Dari China pula pandemi Covid-19 berawal, tepatnya dari Wuhan pada Desember 2019.

Sejumlah pakar mengatakan, keputusan untuk menerapkan protokol kesehatan pada fase awal dan sikap warga yang taat melakukan protokol tersebut membuat Mongolia sukses menekan pandemi.

Ada pula yang mengatakan “udara bersih dan karakter Jenghis Khan” ikut membantu warga mengatasi penyakit ini.

Karantina wilayah diterapkan Januari 2020

Dr Gendengarjaa Baigalimaa, ahli kanker di Rumah Sakit Mungun Guur di ibu kota Ulan Bator, mengatakan Mongolia memberlakukan protokol kesehatan sejak akhir Januari 2020.

Dalam tulisan di laman resmi Universitas Stanford, Amerika Serikat, Dr Baigalimaa menjelaskan sejak 25 Januari pemerintah Mongolia menutup semua sekolah dan taman kanak-kanak, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Semua kegiatan belajar mengajar dilakukan melalui televisi dan internet,” kata Dr Baigalimaa.

Pada pertengahan Februari, ketika pandemi menyebar di China, pemerintah Mongolia menempuh langkah pencegahan, termasuk di antaranya membatalkan perayaan tahun baru.

Pemerintah juga melarang semua perjalanan dari Ulan Bator menuju provinsi di luar ibu kota.

Selain itu, kata Dr Baigalimaa, Mongolia menutup perbatasan dengan China dan Rusia, yang dalam praktiknya menghentikan arus orang, baik masuk maupun keluar Mongolia.

Semua penerbangan internasional juga dilarang.

Warga Mongolia yang berada di Korea Selatan, Jepang, Turki, dan Rusia diminta pulang dan begitu tiba mereka harus melakukan isolasi selama 21 hari, selain harus mengikuti sejumlah pemeriksaan kesehatan.

Warga kenakan masker sejak November

Warga sudah biasa mengenakan masker.

Masker dipakai sejak awal November seiring dengan dimulainya musim flu dan ketika polusi udara memburuk.

Pada 25 Januari, pemerintah mewajibkan semua pegawai negeri, staf bank, dan semua orang yang berada di toko dan pasar di Ulan Bator untuk mengenakan masker.

Mereka yang melanggar akan didenda US$54 atau sekitar Rp760.000. Para pemuka masyarakat dan tenaga kesehatan dikerahkan untuk mengkampanyekan perlunya masker dan mencuci tangan secara teratur.

Di luar itu, tempat-tempat publik ditingkatkan sanitasinya.

“Semua ini sangat membantu menangani penyebaran Covid-19 dan pada saat yang sama juga membantu menekan angka infeksi flu,” kata Dr Baigalimaa.

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Ulan Bator, Sergey Diorditsa, mengatakan tindakan segap dan cepat menutup perbatasan dan kewajiban karantina bagi warga yang pulang dari luar negeri membuat Mongolia sukses menekan pademi.

‘Warissemangat Jengis Khan’

Keberhasilan Mongolia menekan pandemi “juga disebabkan oleh karakter warga Mongolia yang diwarisi dari Jenghis Khan”, kata penulis dan ekonom di Ulan Bator, Antonio Graceffo, dalam tulisan di surat kabar The South China Morning Post.

Jenghis Khan adalah panglima dan pendiri Kekaisaran Mongolia yang menaklukkan sebagian besar wilayah Asia, termasuk Persia.

Seorang ahli pengobatan tradisional, Enkh-Ouyn Byambadorj, kepada Graceffo menuturkan bahwa warga Mongolia punya sifat mandiri dan pantang menyerah dalam situasi apa pun, sifat yang dimiliki oleh tentara Jenghis Khan saat melakukan perjalanan menaklukkan negeri-negeri jauh.

“Kalau ada daging, ya makan daging, kalau tak ada, ya tak masalah…,” kata Byambadorj.

Ia juga mengatakan gaya hidup sederhana, udara yang bersih dan mengonsumsi makanan dan susu segar juga membuat warga Mongolia lebih kuat menghadapi virus corona.

Dr Chinburen Jigjidsuren, penasehat perdana menteri untuk masalah kesehatan, juga menyinggung Jenghis Khan ketika berbicara soal strategi pemerintah dalam menyebarkan pesan-pesan kesehatan ke masyarakat.

Ia menjelaskan Jenghis Khan mengembangkan sistem komunikasi yang efektif, yang membuat pesannya bisa cepat disebar ke seluruh wilayah kekaisaran.

“[Di era modern ini] kami melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan di era Jenghis Khan. Pesan-pesan pemerintah di Ulan Bator dengan cepat dikirim ke komunitas-komunitas di nomaden di provinsi-provinsi terpencil,” kata Dr Jigjidsuren.

Chinburen Jigjidsuren meyakini karantina wilayah dan aturan tentang masker efektif karena warga mengikuti aturan ini.

“Tentara Jenghis Khan sangat disiplin. Semangat ini diwarisi oleh kita sekarang,” katanya. “Jadi, ketika pemerintah meminta warga mengenakan masker atau tinggal di rumah, orang-orang taat.”

Ketaatan warga mengikuti anjuran pemerintah juga dikatakan oleh Baljmaa T, wartawan di Ulan Bator, dalam wawancara dengan BBC Mundo.

Ia mengatakan pemerintah dan warga sama-sama khawatir dengan virus corona dan warga secara sadar mengikuti semua protokol kesehatan.

Penutupan perbatasan, penghentian perjalanan internasional, dan karantina wilayah tenntu berdampak terhadap perekonomian.

Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah paket stimulus.

Badan statistik memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan turun tajam akibat pandemi Covid-19.