LIPI Komentari Dampak Mutasi Virus Corona Khas Surabaya

0
632

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap dampak mutasi virus corona SARS-CoV-2 khas Surabaya, Q667H, belum berhasil dibuktikan secara ilmiah akan lebih berbahaya.

Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI, Wien Kusharyoto mengatakan harus ada penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan efek dari mutasi tersebut terhadap kesehatan manusia.

“Belum, perlu pengujian in vitro dan in vivo lebih lanjut untuk memastikannya,” ujar Wien, Rabu (2/9).

 

Wien menjelaskan pengujian in vitro dan in vivo untuk memastikan apakah mutasi tersebut berpengaruh terhadap fungsi situs pemotongan furin yang dianggap dapat memudahkan fusi virus dengan sel membran dan masuk ke dalam sel.

Semakin mudah virus melakukan fusi kepada membran sel dan masuk ke dalam sel manusia, makan makin mudah menular virus itu.

Wien menuturkan mutasi Q677H baru sekedar diketahui terletak di dekat situs pemotongan furin (RRAR). Dia menyebut jaraknya hanya 4 asam amino.

Namun sejauh ini belum ada studi atau data terkait pengaruh mutasi tersebut dengan fungsi situs pemotongan furin.

Lebih lanjut, Wien berkata baru ditemukan 99 genom yang memiliki mutasi Q677H dari seluruh genom SARS-CoV-2 yang sudah terdapat pada situs GISAID. Seluruh mutasi itu, lanjutnya diperoleh dari 17 negara, termasuk dari Surabaya.

“Dari seluruh genom SARS-CoV-2 yang sudah terdapat pada situs GISAID, baru ditemukan 99 genom yang memiliki mutasi Q677H,” ujarnya.

Pengaruh pengembangan vaksin

Adapun kaitan dampak mutasi Q677H terhadap pengembangan vaksin, dia menyebut tidak akan berpengarus. Pasalnya, peneliti pasti melakukan mutasi atau mengubah furin.

“Kalau dalam pengembangan vaksin, situs pemotongan furin RRAR tersebut justru sengaja kami mutasi atau ubah menjadi misalnya ARAG agar tidak mudah terpotong oleh protease,” ujar Wien.

Sebelumnya, Pakar Biomolekular asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Ni Nyoman Tri Puspaningsih menemukan mutasi virus corona Covid-19 baru di Surabaya yakni tipe Q677H.

“Jadi selain mutasi D614G, ada istilahnya bukan virus khas Surabaya tetapi ada strain virus yang baru ditemukannya di Surabaya. Mutasi tipe Q677H sama seperti tipe D614G yang sekarang sedang dibicarakan di berbagai negara atau secara internasional,” ujarnya mengutip Antara, Selasa (1/9)

Mutasi virus corona tipe Q677H ini, kata dia, ditemukan di lokasi spike yang sama dengan mutasi D614G. Mutasi D614G dan Q677H menunjukkan lokasi yang sama dari mutasinya, yakni perubahan asam amino pada lokasi D614G dan Q677H.

Sumber : CNN [dot] COM