Fakta Mutasi Covid-19 Inggris, Disebut Lebih Cepat Menular

0
533

Otoritas kesehatan Inggris mengumumkan adanya strain atau varian baru virus corona SARS-CoV-2yang diyakini dapat menyebar lebih cepat dari yang ada sebelumnya. Mutasi virus juga disebut memicu peningkatan kasus Covid-19 yang tajam di Inggris.

Melansir New Scientist, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan telah ditemukan lebih dari 1.000 kasus Covid-19 akibat infeksi dari varian virus jenis baru ini. Kasus akibat varian virus baru ini tersebar di 60 wilayah otoritas lokal Inggris.

Diperkirakan, virus varian baru ini serupa dengan mutasi yang ditemukan di sejumlah negara dalam beberapa bulan belakangan. Meski terdengar menyeramkan, namun menurut Pakar Keadaan Darurat Badan Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan, mutasi virus corona bukan lah hal baru.

Virus memang kerap bermutasi dan para ahli telah menemukan ribuan jenis mutasi virus corona penyebab Covid-19. Tapi, banyak dari mutasi ini belum memberi efek yang menyebabkan tingkat keparahan Covid-19 jadi lebih buruk.

“Pihak berwenang sedang melihat signifikansinya, kami telah melihat lebih banyak varian, virus ini berkembang dan berubah seiring waktu,” tuturnya

WHO dalam keterangan resminya kepada wartawan juga menyebut belum ada bukti varian virus baru di Inggris ini berbeda dari varian sebelumnya.

Menurutnya, varian virus bari ini serupa dengan yang menyerang peternakan di Eropa. Namun, mereka tetap akan meneliti bagaimana virus ini memicu respons imun mereka yang terinfeksi.

Virus Menyebar Lebih Cepat

Kepala petugas medis Inggris, Chris Whitty, menyebut mutasi membuat penularan virus lebih cepat. Hal itu berdasarkan data pemodelan awal dan tingkat insiden yang meningkat pesat di selatan Inggris.

Sehingga, kelompok penasihat virus corona pemerintah Inggris, mengambil kesimpulan mutasi baru ini dapat menyebar lebih cepat. Akibatnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengadakan pembicaraan darurat dengan kabinetnya pada Sabtu (19/12).

Meski demikian, saat ini belum ada bukti yang menunjukkan strain baru ini lebih mematikan atau mempengaruhi vaksin dan perawatan.

“Kami telah memperingatkan WHO dan terus menganalisis data yang tersedia untuk meningkatkan pemahaman kami,” kata Whitty.

Dugaan Awal: VUI-202012/01

Kesimpulan awal para ilmuwan Inggris, strain baru ini menunjukkan adanya mutasi atau perubahan pada protein spike di permukaan virus. Mutasi tersebut meningkatkan kemampuan protein untuk menempel dan masuk ke dalam sel manusia.

Mengutip The Guardian, perubahan ini memungkinkan mutasi yang dinamai N501Y menyebar 70 persen lebih cepat dibandingkan jenis virus Corona sebelumnya.

Strain baru ini teridentifikasi setelah Departemen Kesehatan Inggris proaktif meningkatkan pengawasan penyebaran virus setelah adanya peningkatan kasus di Kent dan London. Strain baru virus Coronaini mendapat sebutan VUI-202012/01 (Varian pertama Dalam Penyelidikan pada Desember 2020).

Ada 1.108 kasus dengan strain ini teridentifikasi pada 13 Desember, terbanyak ditemukan di bagian Selatan dan Timur Inggris.

Bagian pelacakan serta PHE Joint Medical Advisor, Susan Hopkins mengaku tengah meneliti strain baru SARS-CoV-2, paling banyak ditemukan di Kent dan area sekitarnya.

“Saat ini belum ada bukti bawa strain ini menyebabkan kondisi yang lebih parah, meskipun telah terdeteksi meluas ke bebrapa wilayah terutama pada daerah yang melaporkan adanya peningkatan kasus,” katanya.

Mungkin Tidak Mempan Vaksin

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa varian baru virus ini bisa kebal terhadap vaksin Covid-19 yang akan diberikan pada minggu ini di Inggris.

“Saya harus menekankan bahwa pada momen ini tidak menyebabkan penyakit serius atau gejala klinis baru, tapi sangat tidak mungkin mutasi ini akan gagal menanggapi vaksin, tapi kita tetap harus waspada,” tuturnya.

Kepala Petugas Medis Inggris, Chris Whitty mengatakan, strain virus corona baru ini masih diteliti, namun berdasarkan penelitian awal menunjukkan bahwa mutasi ini tidak lebih berbahaya dari virus corona yang sudah ada.

“Mungkin saja akan berpengaruh pada kemanjuran vaksin, tapi itu akan mengejutkan,” kata Chris.

Ada Lima Varian Mutasi Covid-19 Baru

Peneliti Universitas Edinburgh, Inggris, sebelumnya juga menyatakan adan lima mutasi baru gen virus corona SARS-CoV-2. Mereka menyebut varian terbaru itu lebih merusak dari mutasi lain dan meningkatkan kemungkinan seorang pasien Covid-19 dirawat intensif dan sekarat.

Lima gen yang ditemukan oleh peneliti itu dinamakan TYK2, CCR2, OAS1, IFNAR2, dan DPP9.

Peneliti menjelaskan TYK2 adalah gen yang mengkodekan anggota kinase selosin dan lebih khusus lagi, keluarga protein Janus kinases (JAKs). Gen TYK2 menciptakan enzim yang dapat menyebabkan peradangan.

Sedangkan CCR2 adalah gen yang ditargetkan oleh obat-obatan yang sedang dalam uji coba. Data terkait dengan gen itu diklaim tidak sekuat gen lain dalam penelitian.

Adapun OAS1 adalah gen yang dapat mengaktifkan enzim yang menurunkan RNA yang berasal dari virus. Beberapa virus corona lain memiliki cara untuk mencegah mekanisme itu. Belum ada bukti untuk SARS-CoV-2.

Sementara IFNAR2 adalah bagian inti dari sinyal yang bertanggung jawab terhadap respons antivirus inang. IFNAR2 disebut mirip dengan OAS1.

Terakhir yakni DPP9 adalah gen yang memainkan beberapa peran dalam peradangan. Namun peneliti belum dapat membuat prediksi terapeutik langsung karena membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Ada banyak mutasi pada virus corona sejak muncul pada 2019. Saat ini terdapat sekitar 4.000 mutasi pada gen protein spike.

Salah satunya adalah D614G, yang sebelumnya terdeteksi di Eropa Barat dan Amerika Utara. Selain itu ada varian 20A.EU1, yang menyebar di pekerja pertanian Spanyol Juni hingga Juli 2020.

Varian unik juga sempat ditemukan di tubuh jutaan hewan cerpelai di Denmark, yang menyebabkan hewan mamalia ini dimusnahkan massa. Ada 12 kasus varian unik, sebagaimana dilaporkan 5 November 2020.

Sumber : CNN [dot] COM