Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro memastikan mempercepat uji klinis Vaksin Corona Merah Putih agar akhir 2021 bisa mulai diproduksi secara massal untuk masyarakat.
“Kami sudah komunikasi dengan Bio Farma sudah komunikasi dengan BPOM kita akan melakukan upaya percepatan untuk uji klinis, tetap dengan memperhatikan semua protokol yang dibutuhkan,” kata Bambang mengutip Antara, Jumat (18/12).
Menurut Bambang, pihaknya telah mengeluarkan surat keputusan menteri untuk melibatkan Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai salah satu institusi yang mengembangkan vaksin merah putih dengan menggunakan platform protein rekombinan.
“Kebetulan UGM menggunakan protein rekombinan,” kata dia.
Ia mengatakan ada tiga pengembangan bibit vaksin yang progresnya paling cepat yakni yang masing-masing dikembangkan oleh Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, serta Lembaga Eijkman.
“Nah perkiraannya ketiganya punya potensi menyerahkan bibit vaksin kepada Bio Farma di triwulan satu tahun depan,” kata dia.
Bibit Vaksin Merah Putih Ada di Triwulan I 2021
Bambang kemudian mengatakan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Airlangga (Unair) berpotensi menyerahkan bibit Vaksin Merah Putih kepada PT Bio Farma pada triwulan I 2021.
“Dari yang sudah berproses kami perhatikan ada tiga paling cepat dari Lembaga Eijkman, Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga. Perkiraan ketiganya punya potensi menyerahkan bibit vaksin ke Bio Farma di triwulan 1 tahun depan,” kata dia.
Bambang menyerahkan Surat Keputusan Menristek/BRIN tentang Pelaksana Harian Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19) kepada tim peneliti Universitas Gadjah Mada yang terlibat dalam pengembangan Vaksin Merah Putih.
Menristek Bambang menuturkan pihaknya bersinergi dengan Bio Farma dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan upaya percepatan untuk pelaksanaan uji klinis Vaksin Merah Putih. Pelaksanaan uji klinis tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Kami upayakan pelaksanaannya bisa lebih cepat, dan harapannya akhir tahun sudah bisa diproduksi dan diberikan kepada penerima vaksin,” tuturnya.
Saat ini, ada tujuh lembaga yang mengembangkan Vaksin Merah Putih, yaitu Eijkman, Universitas Airlangga, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjajaran (Unpad) dengan masing-masing platform yang berbeda.
Bambang menuturkan kemandirian pengembangan Vaksin Merah Putih penting karena vaksin COVID-19 akan dibutuhkan dalam jangka panjang.
“Kebutuhan vaksin ini tidak hanya untuk tahun 2021, namun juga untuk tahun 2022 dan selanjutnya. Tentunya, ini kebutuhan yang sangat besar, mengingat populasi Indonesia mencapai 270 juta jiwa dan perlu adanya booster vaksin atau revaksinasi,” kata Bambang
“Saat ini, ada satu tambahan institusi yang turut mengembangkan vaksin Merah Putih, yaitu Unpad sehingga total ada tujuh institusi,” tambahnya.