Hingga kini, vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil dan menyusui masih menuai perdebatan. Ada yang berpendapat vaksin bisa diberikan, ada pula sebagian yang tidak merekomendasikan.
“Riset klinis di Indonesia dan beberapa negara belum ada penelitian vaksin Covid-19 ke ibu hamil dan menyusui. Jadi, saat ini kita mengikuti saran dari pemerintah,” ujar peneliti dan pendiri Health Collaborative Center (HCC), Ray Wagio Basrowi, dalam konferensi pers virtual, Rabu (20/1).
Saat ini, Satgas Covid-19 dan Kementerian Kesehatan tidak memasukkan kelompok ibu hamil dan menyusui ke dalam daftar prioritas penerima vaksin.
Selain belum ada bukti klinis, lanjut Ray, data efikasi maupun keamanannya pun belum ada. Secara biomolekuler, ada beberapa hipotesis ilmiah yang menguatkan bahwa vaksin Covid-19 tidak direkomendasikan untuk ibu hamil maupun menyusui.
Vaksin bekerja dengan membuat sel tubuh memproduksi protein yang memicu respons imun. Ray berkata, ada hipotesis yang menggambarkan kekhawatiran reaksi antibodi akan makin besar.
“Harus diingat terutama ibu hamil, sistem daya tahan tubuhnya reaktif, responsif dan hiperaktif, takutnya ada mekanisme umpan balik dari hormon maupun dari antibodi yang tidak menguntungkan buat ibu hamil,” kata Ray.
Selain itu, ada juga faktor responsivitas dari janin yang menyerap kode genetik dari ibu. Namun, hingga saat ini belum diketahui dampak pemberian vaksin corona terhadap mekanisme tersebut.
Kendati demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan rekomendasi agar ke depan vaksin dapat diberikan untuk ibu hamil dan menyusui.
“WHO sudah mewanti-wanti kalau populasi luas dan harus dikover, industri vaksin harus memasukkan ibu hamil dan menyusui jadi bagian penerima vaksin. Namun saat ini kita ikut rekomendasi pemerintah,” imbuhnya.
Sumber : CNN [dot] COM