Neuralink Milik Elon Musk Banjir Kecaman dari Peneliti

0
577

Elon Musk mengungkapkan, startup Neuralink yang ia dirikan dapat berpotensi menyembuhkan penyakit neurologis seperti Alzheimer dan Parkinson dengan menanamkan chip pada otak manusia.

Di sisi lain, hal ini sekaligus mengusulkan penggunaan teknologi untuk menggabungkan manusia dengan komputer.

Langkah ini akan memberi sebagian besar orang kecerdasan manusia super yang menghubungkan otak ke cloud, di mana ingatan dapat disimpan, pikiran dapat ditukar, dan pengalaman dapat diperoleh.

Kendati kemampuan chip yang ditanamkan terdengar tak terbatas, hal tersebut rupanya memiliki tanggung jawab yang besar dan tanggung jawba tersebut harus ditanggung oleh Musk dan perusahaannya, khususnya di bagian privasi.

“Jika penggunaan yang meluas menjadi mengaitkan manusia ke cloud, bukan sebagai terapi, dan menggabungkan manusia dengan AI, model ekonominya adalah menjual data kita,” ucap Dr. Susan Schneider, direktur pendiri Center for the Future Mind.

Neuralink sebelumnya cukup mengagetkan publik dengan menggunakan neuron pada babi dan hasil terbaru pada monyet yang mampu memainkan video game dengan pikirannya. Meskipun terlihat mengagumkan, tetapi banyak ahli tidak yakin ke mana arah Neuralink.

Menurut Anna Wexler, asisten profesor di Department of Medical Ethics and Health Policy, University of Pennsylvania, Neuralink belum menjelaskan dengan jelas tentang tujuan mereka untuk perangkat tersebut.

“Menurut saya, mereka bertujuan untuk memberi pengguna kendali atas perangkat, seperti kemampuan untuk memindahkan kursor di layar,” katanya.

Dalam cuitan Musk, miliarder itu mengklaim bahwa versi teknologi yang lebih baru dapat digunakan untuk membantu orang yang lumpuh untuk berjalan lagi.

Meskipun chip otak menunjukkan hasil yang menjanjikan di bidang medis, banyak ahli melihatnya sebagai cara untuk memperluas kecerdasan manusia dan sebagai senjata melawan AI.

“Jika kita mengunggah pikiran kita ke cloud, apa yang terjadi jika kita tidak lagi sanggup membayar pemeliharaan? Ini menjadi tantangan tentang bagaimana kita menjaga pikiran kita tetap privasi dan kepemilikan atas pikiran kita sendiri,” tambah Schneider.