Trending Topics Twitter Bisa Dimanipulasi, Ini Buktinya!

0
539

Trending Topics di Twitter ternyata dapat dimanipulasi. Hal ini ditemukan dalam sebuah penelitian yang menemukan kerentanan pada algoritma trending di platform tersebut.

Tim peneliti Institut Teknologi Federal Swiss di Lausanne (EPFL) menemukan Twitter tidak mempertimbangkan apakah sebuah tweet telah dihapus, saat menentukan kata kunci mana yang menjadi trending. Dengan begitu para “penyerang” dapat mendorong topik ke daftar atas tren Twitter secara artifisial.

“Setelah itu mereka bisa menghapus bukti manipulasinya,” tulis peneliti EPLF

Twitter menentukan trending pada sebuah topik dengan algoritma yang mengidentifikasi subyek populer pada saat tertentu. “Serangan” itu disebut peneliti sebagai ‘astroturfing fana’. Ini memungkinkan mereka meningkatkan pesan dengan memanfaatkan desain algoritma trending di Twitter.

“Trends direfresh setiap lima menit, mengambil tweet sebagai masukan yang telah diterbitkan dalam beberapa interval waktu. Terlepas dari pentingnya integritas daftar tren, algoritma tidak memeriksa apakah tweet masih tersedia atau telah dihapus,” tulis tim peneliti dalam makalah itu.

Tim peneliti juga memeriksa trending Twitter di lokal dan global wilayah Turki. Mereka ingin menyelidiki dampak astroturfing fana dari negeri itu.

Mereka menemukan para “penyerang” menyumbang sekitar 47% dari trend lokal di Turki. Sementara pada 10 trend global teratas menyumbangkan 20%.

Para “penyerang” itu menggunakan bot dan akun yang telah disusupi. Ini mencakup aplikasi phishing (pengelabuhan), kampanye disinformasi, ujaran kebencian dan bahkan lamaran pernikahan.

Menurut tim peneliti, mereka telah memberitahu Twitter dua kali terkait masalah ini. Twitter sudah mengetahui adanya serangan namun tim peneliti mengatakan masalahnya belum juga diperbaiki.

“Manipulasi ini memiliki implikasi serius karena kami tahu bahwa trend Twitter mendapat perhatian. Outlet media lebih luas melaporkan trend, yang digunakan untuk proxy yang orang bicarakan. Sayangnya ini proxy manipulasi, mendistorsi pandangan publik mengenai percakapan apa yang sebenarnya terjadi,” kata tim peneliti.