Di Bukavu, Republik Demokratik Kongo bagian timur, ribuan botol plastik yang dibuang ke sungai Rusizi secara rutin menyumbat turbin-turbin pembangkit listrik tenaga air, mematikan operasinya selama berbulan-bulan dan membuat kota menjadi gelap gulita.
Tetapi bagi Elie Mapenzi Matabaro, masalah plastik kota adalah aset yang memungkinkannya menghasilkan uang dan menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda.
Tujuh tahun lalu perusahaannya, FDA Group, mulai mengubah botol dan sampah kota lainnya menjadi bata (paving slab) murah yang tahan lama yang menghiasi jalan-jalan setapak dan halaman-halaman di berbagai penjuru kota.
Mapenzi menjelaskan alasan utamanya terjun dalam bisnis bata plastik. “Tidak ada sistem perlindungan lingkungan atau pengelolaan sampah di Bukavu sebelumnya. Kami ingin memastikan ada sistem pengelolaan sampah yang baik, serta memastikan sanitasi kota Bukavu, termasuk Danau Kivu dan Sungai Rusizi,” jelasnya.
Wali Kota Meschack Bilubi Ulengabo mengatakan Bukavu tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang layak untuk sekitar 1,6 juta warganya.
“Kami menyadari banyak tantangan yang dihadapi kota Bukavu dalam hal pengelolaan sampah. Kota seperti Bukavu yang berpenduduk sekitar 1,6 juta orang menghasilkan sekitar 600 ton sampah per hari, tetapi tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang layak. Masyarakat umumnya tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai konsekuensi nyata dari pengelolaan sampah, jadi masih banyak yang harus kami lakukan, tetapi kami sedang mengusahakannya,” ujarnya.
Program Lingkungan PBB (UNEP) memperkirakan bahwa 70–80 persen Limbah Padat Kota yang dihasilkan di seluruh benua Afrika dapat didaur ulang, namun hanya empat persen di antaranya yang saat ini didaur ulang.
Setiap hari, Mapenzi dan para pekerjanya mengumpulkan sampah plastik untuk kemudian dilebur dan dicetak dalam bentuk heksagonal.
Mapezi mengatakan inisiatif tersebut tidak hanya membantu menjaga kota tetap bersih tetapi juga menciptakan lapangan kerja.
“Kami memperkerjakan laki-laki dan perempuan. Ada yang bekerja mengumpulkan sampah plastik, ada yang mengolah sampah plastik, dan ada yang melakukan pemasaran. Ini memungkinkan kami untuk menciptakan lapangan kerja dan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas,” jelasnya.
Obedi Erodia, seorang konsumen, mengaku senang dengan bata plastik buatan FDA. Ia menggunakan bata warna hitam dan merah untuk jalan setapak menuju rumahnya.
“Kelebihan bata ini adalah lebih murah dibandingkan bata semen yang kami gunakan sebelumnya. Bata daur ulang ini juga lebih mudah dibersihkan. Anda hanya memerlukan air dan sabun. Dengan memanfaatkan bata-bata ini, kami membantu memerangi polusi.”