Kontribusi Insinyur Sipil Indonesia di AS terhadap Perkembangan Teknik Sipil di Indonesia

0
353

Sekelompok insinyur sipil Indonesia di Amerika Serikat dan Kanada yang tergabung dalam wadah Masyarakat Insinyur Sipil Indonesia di Amerika Utara (Indonesian Civil Engineers Society of North America/ICESNA) berusaha memberikan sumbangsih bagi kemajuan dunia teknik sipil di Indonesia.

Di sela-sela kesibukan mereka sebagai insinyur yang bekerja untuk pemerintah dan swasta, mereka berusaha meluangkan waktu dan pikirian untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan para mahasiswa dan dosen teknik sipil di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mereka juga ingin membantu memberikan bimbingan bagi para lulusan jurusan teknik sipil Indonesia yang beraspirasi meneruskan studi lanjut, dan yang ingin magang atau bekerja di Amerika Utara.

Para insinyur sipil asal Indonesia yang bermukim dan berkarya di Amerika Serikat pada tahun 2014 membentuk wadah yang disebut “Masyarakat Insinyur Sipil Indonesia di Amerika Utara” (Indonesian Civil Engineers Society of North America/ICESNA).

Wira Tjong adalah salah seorang pendiri dan presiden organisasi itu mengatakan bahwa anggota ICESNA datang dari berbagai sektor dan jabatan, termasuk sebagai konsultan, kontraktor, pejabat pemerintah, militer, pendidik, peneliti atau pemilik perusahaan teknik yang memiliki visi sama untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat di mana mereka tinggal dan berasal demi kemajuan profesi teknik sipil yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan bagi umat manusia.

Wira, yang lulusan Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Virginia Tech, mengatakan bahwa sesuai dengan motonya, “sharing civil engineering without borders” (berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang teknik sipil tanpa batas-batas negara), organisasi yang berbasis di Amerika ini telah berkiprah di berbagai negara dengan menyumbangkan keahlian profesional para anggotanya. Indonesia sebagai negara asal para anggota ICESNA, tentu mendapat perhatian istimewa.

“Misi kita ini adalah menyediakan wadah atau platform buat insinyur teknik sipil dan mahasiswa teknik sipil asal Indonesia yang tinggal di Amerika Utara. Jadi, di wadah ini kita memberikan kesempatan untuk anggotanya mengajar sebagai volunteer (relawan) dan sharing keahliannya ke universitas-universitas di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya,” ujarnya.

Selain menjadi sarana networking dan sharing secara professional, Wira mengatakan bahwa ICESNA menjadi wahana untuk terhubung dan terikat secara sosial karena para anggotanya memiliki latar belakang budaya yang sama dan berbicara dalam bahasa yang sama, yakni Bahasa Indonesia.

Wira menambahkan, “Dan juga kita mau menjadi sponsor dan ikut volunteer dalam kegiatan untuk mempromosikan profesi eknik sipil secara umum di Amerika ataupun di negara lainnya terutama di Indonesia. Lalu kita juga mengarahkan anggota muda dan membantu mahasiswa teknik sipil dan yang baru lulus, misalnya, untuk mencari pekerjaan atau internship (tempat magang) pada waktu dia masih kuliah.”

Sementara itu, Nani Setiawan yang di ICESNA menjabat sebagai direktur urusan kolaborasi dengan lembaga-pembaga perguruan tinggi di Indonesia mengatakan bahwa ICESNA berusaha memperluas jangkauan universitas mana saja yang bisa dibantu. Dia menaruh perhatian khusus pada Indonesia timur.

“Saya ingat bahwa Indonesia timur masih lebih memerlukan dibandingkan dengan Indonesia barat. Maka ICESNA telah menghubungi Universitas Cenderawasih (di Jayapura), Universitas Tadulako di Palu dan lain-lain. Kami memperkenalkan diri untuk bisa memberikan bantuan lebih lanjut dan mereka welcome atas semuanya itu,” kata Nani.

Nani, yang adalah lulusan Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada dan yang juga mengambil diploma untuk operasi pelabuhan secara online dari sebuah institusi di Inggris, berharap kontribusi dari ICESNA bermanfaat bagi universitas-universitas di Indonesia. Dia mengungkapkan bahwa dengan menjalin kerja sama dengan sebuah lembaga di Amerika, sebagian universitas bahkan berharap peringkat akreditasi perguruan tinggi mereka bisa naik.

Mengenai bentuk konkrit kerja sama itu, Nani, yang kini menjadi konsultan infrastruktur pelabuhan di Seattle, Washington menambahkan, “Sementara ini yang kami bisa tawarkan itu lebih ke webinar dan (pembicara) kuliah tamu. Nah itu mereka juga ikut selama ini. Kalau kuliah tamu selama ini yang offline (luring) dan itu sudah dilakukan oleh member dari ICESNA. Nah ke depannya karena dengan adanya teknologi Zoom yang sangat bagus, maka kuliah bisa ditingkatkan lewat Zoom. Mereka welcome sekali sebetulnya, sampai-sampai terharu dekannya (di Universitas) Cendrawasih itu mengatakan ‘wah ini ICESNA adalah tangan Tuhan yang diberikan kepada kami,’” tambahnya.

Fakultas Teknik Universitas Kristen Imanuel (UKRIM) di Kalasan, Yogyakarta, adalah salah satu mitra kerja sama dengan ICESNA. Menurut Dr. Ir. Samuel Handali, M.Eng., dosen teknik sipil dan mantan rektor, kerja sama itu dimulai pada tahun 2014 dengan webinar dan kunjungan langsung. Menurut lulusan ITB dan Asian Institute of Technology, Thailand ini, kerja sama dimulai dengan mengadakan webinar.

“Pada waktu itu kami tidak tahu yang namanya webinar karena kami tidak punya fasilitas itu. Jadi, dia (Wira Tjong) menolong kami untuk men-setup seminar itu. Itu pertama kali kami mengadakan webinar dengan pembicara di California, seorang insinyur Indonesia dan Pak Wira sendiri yang berada di kampus kami. Jadi ada dua pembicara.”

Webinar semacam itu berlanjut dengan peserta dari beberapa universitas, termasuk dari UKRIM, Universitas Cokroaminoto dan UKI Jakarta. Samuel mengaku, “Jadi, tiga kampus di Indonesia dan pembicara di Amerika Serikat, Bagi kami itu juga pengalaman yang sangat luar biasa.”

“Peranan dari ICESNA adalah bukan saja mengenai memperkenalkan kami dengan engineering-nya karena memang engineering-nya itu kan cutting-edge (mutakhir) Amerika Serikat. Jadi bagi kami itu suatu exposure (paparan), eye-opener (pembuka mata/wawasan), juga pada saat yang sama memperkenalkan kepada UKRIM teknologi-teknologi seperti itu.”

Samuel menjelaskan bahwa kerja sama itu tidak terbatas di ruang kuliah karena pada tahun 2020 ketika COVID berkecamuk, ICESNA juga memberikan sumbangan dana untuk program sosial pembagian sembako bagi warga yang kehilangan mata pencaharian karena PSBB dan PPKM. Dia menjelaskan bahwa ICESNA juga menyertakan dana untuk program pemberian makan siang gratis bagi mahasiswa UKRIM yang terdampak oleh pandemi.

Program semacam yang terakhir diperlukan karena menjelaskan kebanyakan mahasiswa UKRIM berasal dari keluarga-keluarga sederhana “dan banyak sekali mahasiswa dari daerah-daerah pinggiran Indonesia termasuk daerah-daerah 3T, 3T-nya Pak Jokowi, (yaitu) tertinggal, terluar dan terdepan.” Ketika COVID mulai merebak, ungkap Samuel, banyak mahasiswa terhambat menerima kiriman uang dari orang tua mereka.

Kini, ICESNA juga mengadakan seminar-seminar secara online, bukan hanya untuk UKRIM sebagai penerima manfaat, tetapi juga terbuka bagi semua dosen dan mahasiswa di Indonesia. Menurut Samuel, program-program itu sangat berguna karena bagi dosen-dosen di Indonesia yang biasanya fokus pada masalah-masalah internal dengan skala nasional kemudian bisa belajar dari para insinyur sipil yang ada di negara yang maju seperti Amerika Serikat.

“Program-program itu tidak hanya berkisar pada aspek-aspek praktis dan teoritis dari praktik yang dilakukan, tetapi juga tentang etos kerja dan budaya kerja para insinyur sipil di negara maju…Buat kami yang di Indonesia itu sesuatu yang sangat baik, input yang sangat baik, juga terutama karena itu semua disampaikan oleh orang Indonesia. Kalau dari segi sumbangsih itu saya kira ICESNA sudah melakukan yang terbaik yang mereka bisa berikan. Kami terus terang sangat menghargai teman-teman ICESNA karena apa yang mereka lakukan semuanya voluntary (sukarela), tidak ada imbalan apa-apa. Saya berterima kasih buat teman-teman ini yang menunjukkan kepedulian kepada kami di Indonesia,” tukasnya.

Pendapat senada disampaikan oleh Dr. Ir. Pinondang Simanjuntak, MT, dosen Program Studi Teknik Sipil dan kepala Pusat Studi Kebencanaan, Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta.

Pinondang, yang kini sedang dalam kunjungan kerja di Amerika menyatakan kerja sama Universitas Kristen Indonesia dengan ICESNA sudah berlangsung selama beberapa tahun dengan berbagai kegiatan yang dilakukan secara informal. Namun, baru beberapa bulan yang lalu dibuat semacam draf kerja sama yang akan ditandatangani secara resmi dan salah satu aplikasi kerja sama itui adalah penyelenggaraan seminar internasional dalam bentuknya webinar pada bulan November mendatang yang juga akan melibatkan Universitas Colorado di Aurora, Colorado. Walaupun pada masa kini berbagai informasi bisa didapat secara independen melalui Internet, Pinondang berpendapat bahwa manfaat kerja sama demikian sangat besar.

“Saya pikir dengan perkembangan teknologi sekarang tentu kita butuh sharing informasi antara berbagai negara, khususnya universitas. Jadi, kami berharap melalui ICESNA para mahasiswa, dosen di keluarga besar program studi teknik sipil Fakultas Teknik UKI memperoleh wawasan baru. Ada perbandingan yang kita bisa peroleh antara Indonesia dengan Amerika dalam bidang desain, maksudnya perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan pembangunan – karena metode teknologinya juga kelihatan banyak berbeda – melalui seminar yang kita lakukan. Yang paling penting adalah sebenarnya program pemerintah saat ini, khususnya Menteri (Pendidikan, Riset, dan Teknologi) Nadiem (Makarim), Mas Nadiem itu mencanangkan program “Merdeka Belajar.” Program ini memberi mahasiswa kesempatan selama tiga semester untuk belajar di luar program studinya.”

Pinondang berharap melalui hubungan dengan ICESNA ini berbagai jaringan proyek baik di Indonesia maupun di manapun, mahasiswa yang terseleksi bisa dikirim selama satu semester untuk magang, “dengan persyaratan-persyaratan yang baik tentunya.”

Ke depan, menurut Pinondang, ada rencana untuk melakukan kerja sama yang bersifat sertifikasi. “Jadi sertifikasi mulai dari tingkat dasar ya, tidak sampai menengah dulu, dengan orientasi sertifikasi ke standar Amerika supaya anak-anak kita ketika tamat dari civil engineering paling tidak mampu menyesuaikan diri dengan standar-standar yang ada atau yang berlaku di Amerika dan secara internasional. Memang, sudah waktunya kita menyerap berbagai ilmu secara global. Saya pikir melalui ICESNA ini nanti akan banyak hal yang bisa kita peroleh dengan program-program yang akan dilakukan bersama. Kita menyiapkan SDM-nya, orang-orangnya, dan ICESNA mungkin menyiapkan ahli-ahli dan jaringan-jaringan yang bisa membantu program yang akan kita lakukan, khususnya dengan yang bersifat sertifikasi ini.”

Teknik sipil memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, mulai dari desain bangunan yang dapat melindungi penghuninya, pembangunan infrastruktur untuk pasokan air yang lebih baik serta sistem saluran pembuangan dan pengolahan limbah, pembangunan instalasi perawatan kesehatan, desain prasarana lalu lintas darat, air dan udara, dan berbagai aspek lain dalam kehidupan.

Oleh karena itu, menurut Wira Tjong dan Nani Setiawan, di sela-sela kesibukan para anggotanya, ICESNA akan berusaha mengulurkan tangan untuk menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi dan kelompok-kelompok konsultan teknik sipil yang berminat sebagai sumbangsih betapapun kecilnya, demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di negara asal tercinta, Indonesia.