Naga laut lebih besar dari spesies sepupunya yang terkenal, kuda laut. Namun keduanya kini terancam oleh perubahan iklim, menurut para pakar. Dengan bantuan warga, tim peneliti dari Universitas Teknologi Sydney berupaya mengumpulkan data dan informasi tentang mahkluk laut yang sulit ditangkap itu, untuk melindungi mereka.

Naga laut (weedy sea dragon) merupakan ahlinya berkamuflase. Makhluk laut bernama latin Phyllopteryx taeniolatus yang hanya terdapat di perairan Australia itu tinggal di tengah-tengah rumput laut dan bergerak mengikuti arus di bawah permukaan laut.

Naga laut masih termasuk keluarga kuda laut namun berukuran lebih besar. Para ilmuwan mengatakan, masa depan mereka terancam oleh iklim yang memanas.
Profesor David Booth, seorang pakar ekologi laut di University of Technology Sydney (UTS) dan teman-temannya telah mempelajari ikan kecil tersebut.

“Pada tahun 2001 kami memulai penelitian tentang naga laut. Percaya atau tidak, tidak banyak yang diketahui tentang mereka. Hal-hal seperti seberapa jauh mereka bergerak, apakah mereka berbeda secara genetik di beberapa bagian tempat tinggal mereka, karena itulah yang terpenting bagi pelestarian. Selain itu juga untuk mengetahui bahwa kami tidak bisa begitu saja memindahkan naga laut yang kami temukan ke area yang jumlah naga lautnya menipis,” jelasnya.

Para ilmuwan dari UTS itu memfokuskan pada tren yang sangat spesifik dari naga laut itu, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian baru-baru ini bahwa mereka dapat berenang hingga kedalaman 10 hingga 15 meter dan dapat hidup hingga delapan tahun atau lebih.

Naga laut kurus masuk daftar Uni Internasional untuk Konservasi Alam dalam kategori risiko rendah pada tahun 2016. Dalam penilaian Daftar Merah sebelumnya pada tahun 2006, Naga Laut termasuk dalam kategori “hampir terancam”.
Pakar ekologi laut Gigi Beretta dari Universitas Teknologi Sydney mengatakan, perubahan ini mengkhawatirkan dengan kurangnya data dan informasi yang ada tentang spesies tersebut.

“Masalahnya adalah tidak banyak yang diketahui tentang mereka. Perubahan status tanpa disertai informasi latar belakangnya adalah sangat mengkhawatirkan. Jadi laboratorium ini berupaya untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin,” kata Beretta.

Professor John Turnbull, pakar ekologi laut dari University of New South Wales mengatakan, keberadaan naga laut terancam karena tempat yang sangat terbatas untuk bertahan hidup.

“Naga laut juga tidak dapat berbuat banyak untuk melindungi diri mereka sendiri. Mereka tidak dapat berenang dengan cepat dan memiliki makanan yang sangat khusus. Saya kira, ancaman terbesarnya berasal dari perubahan iklim. Perubahan iklim itu berdampak pada rumput laut yang mengakibatkan hilangnya tempat tinggal mereka,” jelasnya.

Pada bulan April tahun ini, sebuah peristiwa yang mengejutkan terjadi di pantai Sydney. Ratusan naga laut ditemukan terdampar di pantai bagian utara Sydney.
Professor David Booth menambahkan, “Ini menimbulkan kekhawatiran, dan yang jelas, cuaca kota Sydney buruk dalam beberapa bulan terakhir. Kami memiliki pantai timur yang rendah dengan badai yang memburuk akibat perubahan iklim. Kombinasi tersebut telah menyebabkan matinya populasi naga laut dalam jumlah besar. Kami tidak tahu seberapa banyak jumlah naga laut disana, mungkin sekitar seribu atau dua ribu ekor, jadi, mendapati dua ratus ekor naga laut terdampar di pantai, itu sangat signifikan.”

Booth dan timnya berharap dapat mengumpulkan data untuk memastikan makhluk laut kecil ini tidak akan pernah punah.