India melarang beberapa produk plastik sekali pakai, mulai Jumat (1/7), sebagai bagian dari rencana federal untuk mengurangi sampah di negara berpenduduk hampir 1,4 miliar orang itu.
Untuk tahap pertama, India telah mengidentifikasi 19 item plastik yang tidak terlalu berguna tetapi berpotensi tinggi menjadi sampah dan membuatnya ilegal untuk diproduksi, diimpor, disimpan, didistribusikan, atau dijual. Barang-barang ini berkisar dari gelas plastik dan sedotan hingga stik es krim. Beberapa kantong plastik sekali pakai juga akan dilarang dan diganti dengan yang lebih tebal.
Ribuan produk plastik lainnya seperti botol air atau soda atau kantong keripik, tidak tercakup dalam larangan tersebut. Tetapi pemerintah federal telah menetapkan target agar produsen bertanggung jawab untuk mendaur ulang atau membuangnya setelah digunakan.
Produsen plastik telah meminta pemerintah untuk menunda larangan tersebut, dengan alasan inflasi dan potensi kehilangan pekerjaan. Namun Menteri Lingkungan Federal India Bhupender Yadav mengatakan pada konferensi pers di New Delhi bahwa larangan tersebut telah direncanakan selama satu tahun. ”Sekarang waktunya sudah habis,” katanya.
Sapi liar yang mengunyah plastik adalah pemandangan umum di kota-kota di India. Penelitian baru-baru ini mendapati jejak plastik pada kotoran gajah di hutan di negara bagian Uttarakhand, India Utara.
Perkiraan bervariasi tetapi sekitar setengah sampah itu berasal dari barang-barang sekali pakai. Larangan baru itu mencakup produksi, impor, dan penjualan benda-benda seperti sedotan dan cangkir yang terbuat dari plastik serta pembungkus rokok. Saat ini pengecualian diberikan kepada produk seperti kantong plastik di bawah ketebalan tertentu dan apa yang disebut kemasan berlapis banyak.
Sejumlah petugas mulai Jumat akan ditugaskan memeriksa agar tidak ada pemasok atau distributor yang melanggar aturan. Pelanggar berisiko denda maksimum $1,265 atau hukuman penjara lima tahun.
Ini bukan pertama kalinya India mempertimbangkan larangan plastik. Tetapi upaya sebelumnya berfokus pada wilayah tertentu, dan membuahkan berbagai tingkat keberhasilan. Larangan nasional yang mencakup tidak hanya penggunaan plastik, tetapi juga produksi atau impornya adalah “dorongan yang pasti,“ kata Satyarupa Shekhar, koordinator Asia-Pasifik dari kelompok advokasi Break Free from Plastic.
Sebagian besar plastik di dunia tidak didaur ulang dan jutaan ton plastik mencemari lautan dunia. Para ilmuwan masih mencoba untuk menilai risiko yang ditimbulkan oleh potongan-potongan kecil plastik yang rusak, yang dikenal sebagai mikroplastik. Pada tahun 2020, lebih dari 4,5 juta ton sampah plastik dihasilkan di India, menurut badan pengawas polusi federal.