Puing-puing roket China diperkirakan jatuh tak terkontrol ke Bumi tepatnya di pusat selatan Samudra Pasifik pada Minggu (6/11) pukul 17.00 WIB. Protes keras pun dilayangkan pihak NASA terhadap tindakan yang dianggap sembrono tersebut.

“Sekali lagi, Republik Rakyat China mengambil risiko yang tak perlu dengan kembalinya tahapan roket Long March 5B yang tidak terkontrol. Mereka tidak membagikan informasi rute yang spesifik, yang dibutuhkan untuk memprediksi zona pendaratan dan mengurangi risiko,” kata Administrator NASA, Bill Nelson seperti dikutip CNN.

“Sangat penting bahwa negara yang berpartisipasi dalam penerbangan luar angkasa bertanggungjawab dan transparan dalam aktivitas mereka dan mengikuti praktik yang terbaik, terutama untuk masuknya kembali badan roket yang tak terkontrol, puing-puing yang bisa menyebabkan kehilangan nyawa atau kerusakan,” katanya lagi.

China diketahui sedang membangun stasiun luar angkasa di orbit. Untuk yang ketiga kalinya dalam dua tahun terakhir, Negeri Tirai Bambu mengirim modul besar ke orbit untuk memperluas stasiun ruang angkasa Tiangong menggunakan roket Long March 5B.

Dikutip dari Cnet, sisa roket itu bakal jatuh ke Bumi dan tampaknya tidak punya kendali untuk jatuh di wilayah yang aman. Bekas pendorong roket dengan berat lebih dari 20 metrik ton itu diperkirakan akan terjun bebas sampai ke permukaan Bumi.

Aerospace Corporation, perusahaan pelacak benda yang masuk ke orbit, memprediksi sampah antariksa itu masuk kembali ke atmosfer Bumi pada Sabtu (5/11).

Jatuhnya badan roket Long March 5B yang tak terkendali ini merupakan yang keempat sejak China memulai operasinya dua tahun lalu. Roket Long March 5B diketahui didesain tanpa perlengkapan dasar untuk mengendalikan dirinya sendiri untuk mendarat dengan aman.

Hal itu kerap kali memunculkan kontroversi dan kritik dari para ahli penerbangan luar angkasa. Mereka menilai, roket Long March 5B memiliki risiko yang tak perlu.

“Saya ingin menyoroti bahwa semakin rendah risiko yang bisa diterima, semakin mahal sebuah desain roket untuk menyesuaikan risiko rendah itu. Tetapi itu haruslah dilakukan,” kata Lael Woods, ahli manajemen keamanan penerbangan luar angkasa di Space Safety Institute.

“Bayangkan seperti ini, jalan-jalan benar-benar kosong. Tidak ada banyak hal yang perlu harus dilakukan atau lampu jalan. Tetapi kita benar-benar, dengan populasi yang kita punya dan wara-wiri di jalan, kita harus memiliki lampu jalan dan marka jalan serta peraturan,” ujarnya menambahkan.

Dikutip dari Space, misi Long March 5B lainnya juga menyebabkan puing-puing jatuh di Afrika barat pada 2020. Kasus terakhir adalah jatuhnya bongkahan sisa roket China pada Juli di daratan Indonesia dan di Malaysia.