Sulawesi Utara diguncang lebih dari 200 kali gempa sejak 18 Januari 2023. Pakar mengungkap ada deformasi batuan dalam di Lempeng Laut Maluku dengan pergerakan mendatar-naik.

Gempa terbaru adalah yang berkekuatan Magnitudo 5,7 mengguncang Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Kamis (26/1). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan pusatnya berada di 140 kilometer Tenggara Melongunae.

Lokasi tepatnya berada di 2.82 Lintang Utara, 127.09 Bujur Timur di kedalaman 10 kilometer. BMKG sempat mengimbau warga akan gempa susulan.

“Waspada terhadap gempa susulan,” tulis BMKG.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan gempa terbaru itu disebabkan oleh deformasi batuan dalam di Lempeng Laut Maluku.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Laut Maluku,” ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/1).

Ia menjelaskan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa memiliki mekanisme pergerakan mendatar-naik alias oblique thrust fault.

Berdasarkan catatan Daryono, gempa ini merupakan rangkaian gempa M 7,1, yang mengguncang Maluku pada 18 Januari 2023.

“Hingga pukul 11.40 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 205 aktivitas gempabumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M 5,9 dan terkecil M 2,9,” tuturnya.

Berdasarkan estimasi peta guncangan, Daryono menjelaskan gempa ini menimbulkan guncangan di daerah Damau, Kepulauan Talaud, Loloda Kepulauan, Halmahera Utara, Kabaruan, Kepulauan Talaud dengan skala intensitas III – IV MMI.

Namun, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.

Kondisi batuan

Gempa awal dari rangkaian 205 lindu di sekitar Sulut ini sendiri terjadi pada 18 Januari 2023 pukul 13.06.14 WIB.

BMKG mengungkap lokasi pusat gempa bumi terletak di laut yang berjarak sekitar 141 km tenggara kota Melonguane, yang merupakan ibu kota Kabupaten Kepulauan Talaud. Magnitudo-nya 7,1 dengan kedalaman 64 km.

Dikutip dari situs Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, gempa ini, menurut data The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat dan Geo Forschungs Zentrum (GFZ), Jerman, diakibatkan oleh aktivitas penunjaman ganda Punggungan Talaud Mayu dengan jenis mekanismenya sesar mendatar.

“Kejadian gempa bumi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, karena energinya tidak cukup kuat untuk mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami,” tutur Badan Geologi.

Terlepas dari itu, kondisi batuan lokasi terdekat pusat gempa, yakni Kepulauan Talaud, bisa memperkuat efek gempa ini.

Badan Geologi mengungkapkan morfologi daerah Kepulauan Talaud berupa perbukitan pada bagian tengah pulau, lembah dan dataran pantai.

Daerah ini pada umumnya tersusun oleh endapan Kuarter yang terdiri dari endapan pantai, endapan sungai, dan batuan rombakan gunungapi muda yang sebagian telah mengalami pelapukan.

“Endapan Kuarter dan batuan rombakan gunungapi muda yang telah mengalami pelapukan bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated) memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi,” menurut lembaga tersebut.

Badan Geologi pun menyebut “Kabupaten Kepulauan Talaud tergolong rawan bencana gempa bumi dan tsunami”.

“Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.”