Kenapa Paus Bisa Terdampar di Pantai?

0
260

Paus kerap ditemukan terdampar dan meninggal di tepi pantai tiap tahunnya, termasuk di perairan RI. Apa penyebab mereka tersesat di pantai? 

Kasus terakhir paus terdampar di Indonesia adalah yang menimpa seekor paus sperma. Mulanya, ia terdampar di Pantai Lepang, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali.

Beranjak dari lokasi itu, satwa jenis cetacea ini kembali terdampar di Pantai Yeh Malet, Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (5/4) sekitar pukul 13.30 WITA. Paus sperma itu kemudian ditemukan meninggal.

Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Permana Yudiarso mengatakan pihaknya masih belum mengetahui penyebab terdamparnya paus itu.

“Tadi pagi sudah terlihat seperti sekarat, hanya masih bisa didorong ombak ke arah timur. Untuk penyebab kematian belum diketahui,” ujarnya.

Sebelumnya, Permana sempat mengungkap sejumlah penyebab mengatakan sejumlah penyebab kematian mamalia di wilayahnya.

Pertama, diburu hewan lain. Kedua, diduga karena pencernaan mamalia itu terkontaminasi plastik. Ketiga bisa karena terjerat jaring nelayan akhirnya luka dan mati. Keempat, karena pencemaran air laut.

Berdasarkan kasus-kasus lainnya di dunia, ada sejumlah alasan paus, yang memanfaatkan medan magnet Bumi sebagai navigasi untuk menentukan habitat yang sesuai, bisa terdampar di pantai.

Berikut rinciannya, seperti dikutip dari National Geographic:

Topografi

Topografi atau bentuk pesisir dan daerah pasang surut membuat beberapa daerah menjadi perangkap mamalia laut. Terdampar massal sering terjadi di tempat-tempat seperti Farewell Spit di Selandia Baru, garis pantai Laut Utara, dan Cape Cod di Amerika Serikat bagian timur.

Nick Davison, tim koordinator penyelamatan hewan terdampar di Scottish Marine Animal Stranding Schemeu, menjelaskan wilayah ini terlalu dangkal bagi paus untuk bernavigasi, mengingat kemampuan ekolokasi dirancang untuk wilayah air dalam.

Selain itu, selama siklus pasang surut, air dapat surut beberapa kilometer hanya dalam beberapa menit, yang berarti beberapa hewan laut dapat tertangkap tanpa sempat pindah ke laut dalam.

Daren Grover dari Project Jonah menjelaskan bahwa jika hewan tidak menyadari bahwa mereka bergerak ke perairan yang lebih dangkal, hal itu dapat menyebabkan masalah saat air pasang berubah.

“Airnya akan turun begitu saja. Mereka dibiarkan tinggi dan kering,” ujarnya.

Penyebab alami

Dan Jarvis, petugas penyelamatan hewan di British Divers Marine Life Rescue, menyebutkan seekor paus yang terdampar bisa sakit atau terluka, pikun, tersesat, tidak dapat makan, atau mengalami gangguan kesehatan.

Hewan yang lemah ini mungkin hanyut mengikuti arus sampai mereka dibawa ke darat, sedangkan hewan yang mengalami disorientasi arah dapat secara tidak sengaja mengembara ke perairan yang lebih dangkal.

Aktivitas berburu makanan juga dapat mendorong hewan dengan sendirinya mendekati pantai. Ini berlaku untuk pemangsa maupun mangsa.

Grover mengatakan kadang-kadang paus bisa salah perhitungan dan harus menunggu sampai gelombang yang cukup besar menghanyutkan mereka kembali ke laut.

Kenapa paus kerap ditemukan terdampar di pantai dan meninggal? Ahli menyebut manusia punya peran besar.

Ulah manusia

Manusia juga turut andil dalam masalah ini. Penangkapan ikan, polusi perairan, serangan kapal, dan banyak lagi, bertanggung jawab atas banyaknya kasus cedera dan kematian yang menyebabkan hewan laut terdampar.
Contohnya, terjerat tali pancing menjadi penyebab utama kematian cetacea akibat aktivitas manusia. Hal ini juga dikaitkan dengan penangkapan ikan dan kepunahan fungsional lumba-lumba baiji dan kepunahan vaquita.

Penangkapan ikan yang berlebihan juga membuat cetacea kehilangan sumber makanan utama mereka, menyebabkan mereka menjelajah ke perairan pesisir atau pasang surut untuk berburu.

Penyebab lain seperti polusi berbahaya terjadi karena semua bahan kimia akhirnya sampai ke laut. Rob Deaville, manajer proyek di CSIP, mengatakan ada bukti hewan yang sakit memiliki tingkat polutan kimia yang lebih tinggi daripada yang sehat, meskipun sulit untuk membuktikan sebab-akibatnya.

Pencemaran plastik juga dapat membahayakan hewan-hewan ini melalui belitan, konsumsi, atau kontaminasi mikroplastik yang terakumulasi di tubuh mereka.

Terakhir, kemungkinan tertabrak kapal yang lewat menimbulkan masalah khusus bagi spesies yang bergerak lambat seperti paus. Tabrakan dapat menyebabkan cedera besar bahkan kematian dan menyebabkan mereka terdampar.

Laut yang padat dan bising

Polusi suara, termasuk sinyal suara dari penggunaan sonar dan survei seismik, mengganggu kemampuan paus untuk berkomunikasi dan bernavigasi. Hal ini dapat mendorong mereka ke darat, memekakkan telinga, membingungkan, atau menakuti mereka.

Spesies laut dalam yang hidup di lautan terbuka seperti paus sangat rentan terhadap sonar, bahkan dari jarak berkilo-kilometer. Aktivitas sonar angkatan laut diduga terkait dengan rangkaian terdamparnya paus paruh di perairan Guam, misalnya.

Sebuah studi menyebut paus mungkin hewan yang paling canggih di Bumi secara akustik. Karena suara merambat lebih cepat melalui air daripada udara dan mempertahankan intensitasnya lebih lama, suara dapat menyebabkan cedera pada telinga mereka.

Salah evakuasi

Paus yang mendekati pantai sejatinya sedang berpacu dengan waktu. Karena terbiasa ditopang oleh air, ketika berada di darat, bobot tubuhnya yang sangat berat akan meremukkannya.

Selain itu, racun menumpuk dari sirkulasi yang berkurang, sehingga meracuni paus. Keluar dari air, lemak ikan paus yang tebal juga dapat menyebabkannya menjadi terlalu panas.

Seperti mamalia lainnya, paus menghirup udara. Mereka pun bisa tenggelam saat terdampar jika air masuk ke lubang sembur mereka saat air pasang.

“Jika menemukan paus terdampar, jangan langsung memindahkannya. Menyeret hewan itu kembali ke dalam air adalah tindakan yang benar-benar salah,” kata Kevin Robinson, direktur Cetacean Research & Rescue Unit Robinson.

Itu disebut dapat merusak ekornya yang halus dan bisa berakibat fatal jika hewan tersebut membutuhkan perawatan dokter sebelum dilepaskan.

“Badan penyelamat, penjaga pantai, atau layanan darurat dapat membantu sambil menunggu sukarelawan dan dokter hewan terlatih. Jaga agar hewan tetap tegak, basah (hindari air masuk ke lubang semburnya), dan tutupi untuk mencegah sengatan Matahari,” tutur dia.

Namun demikian, tingkat kelangsungan hidupnya memang rendah. Tim penyelamat hanya bisa mencoba mengapungkan kembali paus jika cukup sehat untuk bertahan hidup.

Satu-satunya pilihan lain adalah membawa hewan itu ke penangkaran di negara-negara yang mengizinkannya, atau melakukan euthanasia untuk mengakhiri penderitaannya.

Sumber : CNN [dot] COM