Setelah mengantre selama 36 jam, Qayyum Lukman, Jumat (7/7) akhirnya berhasil membeli tiket di sebuah kios untuk bisa menyaksikan konser Taylor Swift di Singapura, satu-satunya perhentian bintang pop itu di Asia Tenggara tahun depan.
Ketika Swift membawa “Eras Tour” ke Singapura Maret mendatang, Lukman akan menjadi salah satu dari 300.000 penggemar – yang biasa disebut “Swifties” – yang menonton langsung salah satu dari enam pertunjukannya di negara kota itu.
“Saya merasa senang, saya sempat stres, ya Tuhan, saya benar-benar gembira! Saya sama sekali tidak bisa berpikir, rasanya tak terlukiskan, saya sangat senang saya mendapat tiket! Ya, woohoo!,” kata Lukman.
Tetapi banyak “Swifties” di kawasan yang berpenduduk lebih dari setengah miliar itu, tidak bisa mendapatkan tiket, sebagian karena lonjakan permintaan pascapandemi untuk konser dan hiburan.
Permintaan tiket yang melonjak juga telah menyebabkan kenaikan harga-harga yang oleh beberapa ekonom disebut “Swiftflasi”.
Para pemegang kartu kredit bank UOB diberi akses khusus untuk membeli tiket konser Swift, sehingga mendorong lonjakan 45 persen dalam aplikasi kartu kreditnya setiap hari di Singapura, Thailand, Malaysia, Indonesia dan Vietnam pada minggu Swift mengumumkan tanggal konsernya, menurut media.
Friski Riana, warga Indonesia berusia 31 tahun, bergabung dengan antrean virtual jutaan penggemar, bahkan meminjam kartu kredit temannya untuk mencoba mendapatkan tiket.
“Saya menunggu selama tiga jam tapi saya gagal mendapatkan tiket,” kata Friski.
Beberapa jam setelah prapenjualan ditutup, calo menaikkan harga tiket S$358 ($264,73) menjadi setidaknya S$1.000 di aplikasi pasar Carousell.
Bulan lalu, band Inggris Coldplay mengalami “lonjakan permintaan luar biasa” yang serupa menurut LiveNation Singapura. Konser Coldplay akhirnya diperpanjang selama tiga malam di Singapura, meskipun dijadwalkan akan tampil di Jakarta, Bangkok, Manila, dan Kuala Lumpur dalam beberapa bulan mendatang.
Business Times melaporkan lonjakan harga tiket pesawat dan hotel pada pekan konser Swift digelar di pulau itu.
Calon kuat perdana menteri baru Thailand Pita Limjareonrat meminta penyanyi itu untuk mampir ke Bangkok, di mana ia pernah membatalkan pertunjukan pada tahun 2014 karena kudeta.
“Datanglah dan aku akan menyanyikan Lavender Haze bersamamu!” katanya di Twitter, mengacu pada lagu dari album yang dirilis awal tahun ini.