Kasus kebocoran data terus terjadi dengan risiko yang tidak main-main untuk korbannya. Simak hal yang bisa terjadi jika data Anda bocor berikut.
Sebelumnya, Pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto mengungkap kasus dugaan kebocoran 337 juta data masyarakat di Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Dia menjelaskan data yang dipastikan bocor adalah nama, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor Kartu Keluarga (KK), tanggal lahir, alamat, nama ayah, nama ibu, NIK ibu, nomor akta lahir, nomor akta nikah dan lainnya.
“Kali ini yang bocor adalah data kita semua di Dukcapil sebanyak 337 juta data,” tulis Teguh.
“Untuk @DukcapilKDN, yuk segera disiapkan template bantahannya.” tulisnya lagi.
Salah seorang warganet di akun @Planetcaravan97 mempertanyakan penggunaan data dan kerugian yang bisa muncul dari korban kebocoran data.
“klo data bocor gini, data nya buat apa sih? jujur memang mungkin bs sja merugikan karna bisa saja di pake buat hal yg negatif, tp apakah saya dan kita yang mungkin notabane nya bukan siapa siapa ini akan dirugikan? kalo memang iya-” tulisnya.
Pertanyaan itu dijawab oleh warganet lain @_terserahlah yang menyebut data itu mungkin digunakan untuk pinjaman online. “Buat yang tba2 ada tagihan paylater mungkin bsa jadi karna ini nii,” tulisnya.
Warganet lain @ByanJati memberi jawaban yang lebih rinci. Pertama, menurutnya data yang bocor bisa dimanfaatkan untuk keperluan pemasaran iklan.
“Katakanlah yang membeli data ini adalah sebuah perusahaan digital, katakanlah tokek. Si tokek ini, akan pake datanya untuk screening mana konsumen yang belum pake aplikasi tokek, setelah dapat orangnya, akan dihajar habis2an dengan iklan, sampai orang ini mau pake aplikasi tokek,” tulisnya.
Kedua, data yang bocor bisa juga digunakan untuk mendaftar pinjaman online (pinjol) tanpa diketahui oleh sang pemilik data.
“Sampai orang2 ini bisa pinjem duit, tapi mereka tidak mendapat resiko bunga pinjaman, melainkan KTP yang di-claim itu yg bakal dikejer pinjol. Rugi ? Kalau sampai terjadi, rugi banget,”
Mengutip situs resmi Kominfo dan sumber lainnya, berikut risiko kebocoran data yang mengintai korbannya.
Intimidasi Online Terkait Gender
Data pribadi berupa jenis kelamin patut dilindungi untuk menghindari kasus pelecehan seksual atau perundungan secara online.
Perlindungan terhadap data penting dilakukan agar menghindari ancaman kejahatan dunia maya termasuk Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).
Telemarketing
Data nomor telepon bisa diperjualbelikan untuk kepentingan telemarketing. Maka tak heran jika tiba-tiba pengguna ditelepon dan ditawarkan sebuah jasa atau produk.
Tiba-tiba orang yang menelepon sudah mengetahui nama lengkap Anda.
Modal Penipuan Phising Scamming
Scam adalah tindakan penipuan dengan berusaha meyakinkan pengguna, misal memberitahu pengguna jika mereka memenangkan hadiah tertentu yang didapat jika memberikan sejumlah uang.
Sementara phising adalah teknik penipuan yang memancing pengguna, misal untuk memberikan data pribadi mereka tanpa mereka sadari dengan mengarahkan mereka ke situs Tokopedia palsu.
Bobol Layanan Lain
Pakar keamanan siber dari CISSRec, Pratama Persadha mengingatkan data nomor telepon dan sebagainya itu bisa digunakan untuk membobol akun media sosial atau layanan lain. Sebagai contoh untuk membobol layanan pembayaran digital seperti Gopay atau Ovo.
Pratama mengatakan caranya cukup mudah, pelaku tinggal login dengan nomor telepon dan meminta kodeone time password(OTP).
Bongkar Kata Kunci
Data tanggal lahir dan email yang bocor juga bisa menjadi modal peretas untuk mengambil alih akun.
Sebab tanggal lahir sering digunakan sebagai kata sandi. Oleh karena itu, Alfons menyarankan agar jangan menggunakan tanggal lahir sebagai kata sandi.
Bikin Akun Pinjaman Online
Tak hanya itu, penjahat juga bisa mengajukan peminjaman di aplikasi pinjaman online dengan bermodalkan data-data yang sudah bocor. Pertama-tama peretas harus mampu mengumpulkan data KTP dari data-data yang telah bocor.
Kemudian peretas bisa mengajukan pinjaman untuk menarik sejumlah uang dari aplikasi pinjaman online yang kurang baik sistem pemeriksaannya.
Profiling untuk Target Politik atau Iklan
Data-data bocor yang dikumpulkan bisa dipakai untuk rekayasa sosial hinggaprofiling (membuat profil pengguna).
Misalnya berdasarkan umur dan demografi penduduk berdasarkan lokasi, hobi, hingga jenis kelamin.Big datatersebut bisa digunakan untuk sosialisasi politik maupun target iklan di media sosial.